DENPASAR, BALIPOST.com – Beberapa kali diguncang bencana dan tragedi kemanusiaan, Bali tetap fight di bidang pariwisata. Pariwisata Bali bangkit dan kembali berjalan. Begitu juga ketika menghadapi Covid-19, Bali diyakini akan bangkit dan fight.
Founder and Chairman Markplus Hermawan Kartajaya yang membuka webinar tersebut mengatakan, Bali sangat luar biasa dalam menarik turis untuk datang. Bahkan dari beberapa testimoni yang ia dengar dari ekspatriat yang tinggal di Bali, akan tinggal di Bali lebih lama.
Bali yang pernah mengalami goncangan ekonomi dan kemanusiaan karena bom dan erupsi Gunung Agung tetap masih bisa berjuang di bidang pariwisata. Dalam beberapa survei internasional tentang pariwisata memperkirakan Bali akan menjadi wisata nomor satu setelah opening.
Sebanyak 6.500 turis tertahan di Bali selama pandemi Covid-19. Selama pandemi mereka bersembunyi di rumah – rumah dan kamar – kamarnya. Namun sejak dibukanya Bali untuk kegiatan lokal pada tanggal 9 Juli, turis tersebut keluar dan menikmati tempat wisata di Bali.
“Jika melihat Pantai Kuta sekarang, hidup lagi. Itu hanya dengan wisatawan 6.500 yang tertahan dari dulu sampai sekarang,” tutup Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Rabu (29/7) saat memberi speech pada Webinar Planet Tourism Indonesia 2020 yang diselenggarakan Markplus.
Melihat kondisi ini, ia optimis tanggal 11 September, setelah Bali buka untuk turis mancanegara, Bali akan cepat recovery. Namun perlu dukungan semua pihak termasuk pemerintah pusat dan airlines.
Diakui, Pemprov telah mengusulkan kepada kementerian melalui Menteri Bapenas untuk memberikan insentif dari pemerintah untuk penerbangan berupa landing fee, kemudahan – kemudahan untuk parking fee, dan kemudahan lain, mengingat saat ini kapasitas pesawat tidak boleh 100 persen, yaitu hanya 60 persen.
Pemerintah Provinsi Bali berupaya agar airlines tertarik ke Bali. Upaya – upaya tersebut pun diakui telah diusulkan ke pemerintah pusat. Ia berharap usulan tersebut disetujui meski membutuhkan biaya di awal. Begitu juga halnya pelaku industri pariwisata membutuhkan modal awal untuk memulai bisnisnya kembali.
Jika upaya – upaya tersebut tidak dilakukan, ekonomi Bali yang tumbuh minus 1,14 persen pada triwulan I, akan semakin marah pada triwulan III. “Sekarang (triwulan II) sudah turun ke minus 5 – 6 persen. Ini sangat bahaya sekali kalau sampai triwulan III jika kami tidak benahi. Maka Bali akan sangat terpuruk sekali. Bayangkan minus 6 persen luar biasa sekali, tidak pernah terjadi di Bali seperti itu,” ungkapnya.
Di balik dampak negatif yang ditimbulkan, ia melihat ada hikmah yang bisa diambil yaitu menimbulkan kesadaran kolektif bagi kita semua di Bali. Ada kesadaran bersama yang dalam bahasa Bali disebut jengah, satu tekad bersama untuk bangkit.(Citta Maya/Bali Post)