DENPASAR, BALIPOST.com – Instrumen pembayaran berbasis QR code, QRIS, merupakan kebutuhan di saat wabah COVID-19. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, Kamis (30/7) mengatakan, penggunaan instrumen pembayaran nontunai ini harus dimulai dan dibiasakan.
Ia mengakui memang membutuhkan waktu. Namun, pihaknya optimis alat pembayaran ini bisa menjadi kebutuhan masyarakat pascapandemi.
Di beberapa negara, seperti Swedia dan China, sudah tidak lagi memakai uang tunai dalam transaksi pembayaran. Merchant atau pedagang mengharuskan customernya menggunakan alat pembayaran nontunai.
“Di Swedia penggunaan uang kertas mulai turun. Bank Indonesia pun dulu pertumbuhan uang tunai atau kertas tinggi. Tapi sekarang sejak menggaungkan nontunai mulai melandai, pencetakan uang juga engga banyak. Kalau bisa lakukan itu, kita bisa efisiensi uang cetak,” bebernya.
Bagi Trisno, QRIS bukan semata -mata sebagai alat pembayaran. Tapi sebagai bagian dari tatanan kehidupan era baru, juga dalam rangka menghidupkan ekonomi Bali. Menurutnya, semakin banyak UMKM menggunakan QRIS, akan semakin mudah maju. “QRIS adalah financial inclusion yang lebih cepat, masuk ke masyarakat lebih cepat, sehingga mendapat penghargaan,” jelas Trisno.
Kekhawatiran SDM tidak bisa menerima instrumen pembayaran ini terbantahkan. Sebab, struktur demografi sebanyak 60 persen milenial dan jumlah handphone yang beredar sebanyak 350 juta unit. (Citta Maya/balipost)