Wayan Sunhantika menunjukkan buah porang. (BP/May)

DENPASAR, BALIPOST.com – Isu kedaulatan pangan menjadi hangat ketika wabah Covid-19 menyerang Indonesia. Kekhawatiran kekurangan pangan menjadi isu utama dikala pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan. Namun sudah sejak lama upaya diversifikasi pangan dilakukan, karena sumber karbohidrat tidak hanya nasi tapi juga bisa dari bahan pangan lain seperti porang.

Ketua Perkumpulan Petani Porang Bali (P3B) I Wayan Sunhantika, Minggu (2/8) mengatakan, tanaman porang selama ini kurang dimanfaatkan. Padahal porang merupakan sumber glukomanan. Glukomanlnan adalah karbohidrat yang banyak digunakan dalam industri obat, makanan dan minuman, kosmetika, bahan perekat atau lem dan lain-lain. Selain itu, umbi porang juga memiliki mineral tinggi yang penting bagi metabolisme yaitu kalium, magnesium, dan fosfor.

Baca juga:  Cegah Macet Saat KTT G20, Sekolah di Bali Siap Kembali Belajar Daring

Pada beberapa tahun terakhir kebutuhan porang sangat besar. Porang merupakan tanaman yang potensial untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor karena beberapa negara membutuhkan tanaman ini sebagai bahan makanan maupun bahan industri.

Indonesia mengekspor porang dalam bentuk gaplek atau tepung ke Jepang, Australia, Srilanka, Malaysia, Korea, Selandia Baru, Pakistan, Inggris dan Italia. Permintaan porang dalam bentuk segar maupun chip kering terus meningkat.

“Kebutuhan ini belum dapat dipenuhi karena di Indonesia porang belum dibudidayakan secara intensif dan masih sangat tergantung pada potensi alam, luas penanaman yang masih terbatas dan belum adanya pedoman budidaya yang lengkap,” ujarnya.

Baca juga:  Cuaca Buruk Picu Longsor hingga Senderan Jembatan Jebol

Selain itu, juga disebabkan belum banyak masyarakat yang mengenal, umur tanaman yang relatif lebih lama dibandingkan jenis umbi dan palawija lain.

Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di Indonesia. Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan.

Di Provinsi Bali budidaya porang mulai dilakukan sekitar setahun yang lalu, meskipun sudah ada yang mulai menanam beberapa tahun yang lalu namun masih sangat sedikit. Mengingat budidaya porang baru dimulai maka sangat dibutuhkan pelatihan budidaya porang sehingga petani porang bisa mendapatkan hasil produksi umbi yang maksimal dan berkualitas sesuai dengan kualitas permintaan pasar ekspor.

Baca juga:  Ketahanan Pangan Nasional Masih Menjadi PR Pemerintah

“Pelatihan budidaya porang sangat diperlukan agar petani porang bisa mendapatkan hasil produksi umbi dan bulbil yang maksimal dan berkualitas sesuai dengan permintaan pasar ekspor,” jelasnya. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *