TABANAN, BALIPOST.com – Sejak mulai digulirkan akhir tahun 2019, Perpustakaan digital sebagai upaya meningkatkan minat baca yang dibuat oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Tabanan rupanya masih minim peminat. Dimana, perpustakaan digital yang diaplikasikan menjadi e-book ini per bulan hanya di akses rata-rata 50 orang.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Tabanan, I Wayan Kotio mengatakan, tidak hanya minat baca melalui perpustakaan digital yang masih minim, untuk kunjungan ke perpustakaan konvensional juga menurun bahkan sejak pandemi Covid-19.
Meski tiap harinya ada saja yang datang, namun mereka lebih banyak hanya sebatas mengembalikan buku pinjaman sebelumnya dan ada beberapa yang meminjam untuk dibaca dirumahnya.
“Kunjungan memang menurun, yang ada biasanya mengembalikan buku sebelumnya dan juga yang meminjam buku tapi sedikit,” ucapnya, Senin (3/8).
Penurunan kunjungan disebabkan saat ini sekolah masih belum diberlakukan normal dalam artian masih menerapkan daring (online). “Biasanya anak sekolah paling banyak datang membaca sebelum pandemi. Saat sekolah belum normal, kunjungan perpustakaan juga tidak normal. Rata-rata, perhari hanya satu atau dua orang yang mengembalikan buku,” ungkapnya.
Dia berharap kedepannya kunjungan terus meningkat seiring dengan penerapan tatanan era baru. Dan untuk menunjang agar bisa menarik masyarakat datang membaca pihaknya menambah 500 koleksi buku di tahun ini yang bersumber dari bantuan Perpustakaan Nasional. Jumlah buku tersebut berupa koleksi berbagai macam buku seperti tentang pertanian, anak-anak, hukum, sosial, agama, politik, dan lain sebagainya.
Begitupun perpustakaan keliling rutin digelar seperti di lapangan Alit Saputra dan saat ada kegiatan resmi pemerintahan.
Kotio melanjutkan, untuk perpustakaan digital sepenuhnya sudah menjadi milik Pemkab Tabanan sejak 2019 lalu. Namun, hal yang sama terkait kunjungan juga berlaku pada kunjungan ke perpustakaan digital. Masyarakat yang mengakses perpustakaan digital atau e-book hanya sekitar 50 orang setiap bulannya.
Menarik minat mengunjungi buku online tersebut, pihaknya juga telah melakukan sejumlah upaya seperti share di media sosial tentang perpustakaan digital, kemudian juga ke desa dan sekolah-sekolah (sebelum pandemi) untuk memberikan bimbingan dan langsung di mendownload aplikasinya ke anak sekolah supaya anak2 bisa membaca lewat hp buku perpustakaan yang ada. “Tapi memang saat ini masyarakat lebih suka chating atau lihat youtube dari pada baca buku di hp nya,” terangnya. (Puspawati/Balipost)