Kepala BPS Bali, Adi Nugroho. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali baru saja melaksanakan rilis resmi statistik. Dari beberapa indikator ekonomi yang disampaikan, menunjukkan ada harapan ekonomi Bali membaik. Indikator tersebut diantaranya ekspor dan penerbangan.

Kepala BPS Bali Adi Nugroho, Senin (3/8) mengatakan, pandemi Covid-19 ini menekan indikator ekonomi dari segala arah sehingga sampai Juli, indikator yang bisa disampaikan belum sampai taraf menggembirakan. “Namun tidak semua mencemaskan karena ada indikator yang membuka harapan,” ujarnya.

Diantaranya, indikator ekspor – impor Juni 2020 yang sudah mulai membaik. Ekspor Bali meningkat 25,24 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Impor juga naik 21,94 persen (mtm). Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, turun sampai 82,46 persen.

Sementara itu transportasi udara pada Juni juga sudah mulai membuka harapan. Kondisi Juni, sudah ada 242 penerbangan dan angka ini menunjukkan perbaikan dibandingkan Mei. Membaiknya dari 92 penerbangan menjadi 242 penerbangan. “Pada juni kemarkn angka kunjungan hanya 32 kunjungan wisman. Padahal biasanya di Bali selalu sampai 500 ribuan, tiap bln,” ujarnya.

Baca juga:  Gara - Gara Ini Sopir Truk Diamankan Satresnarkoba Polres Bangli

Jika dilihat penumpangnya juga mengisyaratkan perbaikan. Dari semula 2500-an orang menjadi 11.000 penumpang domestik. “Sementara penerbangan internasional belum membaik,” imbuhnya.

Pada Juni 2020 masih turun 54 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penurunannya hampir 100 persen yaitu 98,94 persen. “Jadi belum ada harapan dari penerbangan internasional, tapi dari domestik sudah ada,” imbuhnya.

Harapan ini menurutnya bisa membuat Bali terhenti dari keterpurukan. Sejak Februari 2020 hampir semua indikator turun. Sampai Juni ketika harapan terbuka ia berhatap tidak ada penurunan lebih dalam lagi.

Baca juga:  Menakar Dampak Pariwisata

“Kita sudah mencapai dasar keterpurukan dan kita berharap ada kesempatan naik. Tapi sudah bisa berharap naik, cuma yang baru membuka harapan, baru ekspor – impor dan penerbangan domestik,” ujarnya.

Indikator lain yaitu Nilai Tukar Petani (NTP) Juli naik 0,42 persen meskipun masih di bawah 100 yaitu 93,92. Indikator kenaikan NTP ini disumbang oleh tiga subsektor yaitu tanaman pangan, peternakan, perikanan.

Pada Juli, ada hari besar keagamaan yaitu Idul Adha Sehingg kebutuhan akan ternak tinggi, dan karena pada kesempatan itu indeks NTP peternakan menyumbang peningkatan yang paling tinggi untuk total indeks NTP.

“Kalau penghitungan, didapatkan peningkatan lebih dari 1 persen setiap kali penghitungan tiap bulan, menunjukkan itu angka yang besar sekali, dan pada Juli kemarin, peternakan naik 22,24 persen. Kalau tiap bulan begitu, ya makmur sekali peternakan kita,” ujarnya.

Baca juga:  Ini, Penyebab Inflasi di Denpasar

Dalam situasi pandemi, salah satu yang mendapat perhatian serius adalah tekanan terhadap masyarakat ekonomi yang paling rendah. Gangguan dalam bentuk ekonomi sering disebut menurunnya daya beli.

Kemampuan daya beli saat ini sangat terganggu. Maka dari itu, dalam kondisi transisi ini, Pemda diharapkan melaksanakan program yang hasilnya bisa cepat untuk mengembalikan atau menjaga daya beli masyarakat agar tidak terpuruk lagi dan mengembalikan kepada mereka yang sudah terlanjur terpuruk. Menjaga daya beli masyarakat sangat diperlukan saat ini untuk menahan pertumbuhan ekonomi agar tidak turum terlalu dalam. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *