GIANYAR, BALIPOST.com – Dampak pandemi Covid -19 dirasakan signifikan oleh Perumda Tirta Sanjiwani. Mulai dari dipangkasnya sejumah anggaran, hingga meningkatnya keluhan terhadap pelayanan dari pelanggan yang bahkan mencapai ribuan setiap bulannya. Kondisi ini diungkapkan Direktur Umum Perumda Tirta Sanjiwani, I Nyoman Dharmadiasa ditemui Selasa (4/8).
Dharmadiasa mengungkapkan awalnya Pemda Gianyar menyetujui anggaran penyertaan untuk PDAM Gianyar sebesar Rp 21 Miliar. Namun karena rasionalisasi akibat pandemi Covid- 19, Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar hanya menerima anggaran 7,5 Miliar. “Karena adanya Covid-19, akhirnya dirasionalisasi dan disetujui Rp 7,5 Miliar, terdiri dari MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah-red) Rp 3 miliar, pembangunan sumur di 2 tempat Belega dan Bon Biu membutuhkan anggaran sekitar Rp 2 Miliar dan peningkatan pelayanan sekitar 2,5 Miliar,“ katanya.
Sementara proyek pembangunan air minum dalam kemasan dipastikan tahun ini tetap berjalan, namun anggran dan pengerjaannya ada di bawah Dinas PUPR dan Perindag Gianyar. Sementara Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar mendapat anggaran operasional Rp 12 Miliar. “Hanya anggaran Rp 12 Miliar itu digeser ke 2021, kalau pengerjaan fisik di bawah PUPR dan Disperindag tetap tahun ini,“ katanya.
Selain terbelit anggaran, selama Pandemi ini PDAM Gianyar juga banyak menerima keluhan dari pelanggan. Bahkan setiap bulannya tercatat ribuan keluhan yang diterima. “Mulai selama Maret 2020, keluhan tercatat 3.161. Setelah itu terus meningkat, hingga terakhir pada Juli 2020 tercatat 7.556 pelanggan yang menyampaikan keluhan, “ katanya.
Tingginya keluhan itu diduga karena aspek psikologis selama pandemi, jadi pelanggan kini banyak yang stay di rumah, sehingga saat ada gangguan air mulai dari yang kecil hingga besar, langsung menghubungi Perumda Tirta Sanjiwani. “Karena semua di rumah, jadinya ada waktu untuk pengawasan, jadi begitu tekanan air turun sedikit pelanggan langsung melapor, dan pasti kami tindak lanjuti setiap keluhan itu, “ katanya.
Dikatakan keluhan itu salah satunya disebabkan karena Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar yang diawal pandemi sempat menerapkan proses perbaikan saluran pada siang hari. Namun kebijakan ini justru menggangu pelayanan di saat pelanggan mengkonsumsi air. “ Itu kebijakan di awal pandemi sesuai protokol kesehatan, tetapi sekarang kami kembalikan lagi proses perbaikan di malam hari, sehingga pelayanan ke pelanggan tidak sampai terganggu,“ katanya.
Hingga pertengahan tahun ini Perumda Tirta Sanjiwani Gianyar juga mengalami penurunan pendapatan perbulan, dari Rp 7,1 Miliar pada Maret lalu, menjadi Rp 6,1 Miliar pada Juli lalu. Kondisi ini juga disebabkan banyak pelanggan yang berhenti ditengah pandemi ini. “ Yang berhenti sampai dangan Juli sudah 459 SR, berhenti karena ada sambungan berkaitan dangan di desa hingga sumur bor,“ katanya.
Pihaknya kini juga menjalankan program 1.050 sambungan rumah masyarakat berpenghasilan rendah secara gratis. Dari jatah itu yang berhasil lolos verifikasi 1.023. Program ini disetujui untuk warga berpenghasilan rendah, “Program ini gratis untuk seribu lebih warga yang lolos, sementara kalau harga normal pemasangan sambungan baru sekitar Rp 3,5 juta,“ katanya.
Warga yang memperoleh ini meliputi mereka yang berpenghasilan rendah, katagori listrik 900 sampai 1300, berkaitan dangan kondisi rumah masuk katagori miskin dan persyaratan lainya. Dikatakan saat ini program ini sedang dalam tahap pengerjaan. “Perkiraan kami Agustus ini sudah rampung,“ tandasnya. (Manik Astajaya/Balipost)