Seorang perempuan menggunakan masker berjalan menyeberangi jalan di Wuhan pada 11 Mei 2020. (BP/AFP)

JAKARTA, BALIPOST.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menduga Wuhan di wilayah tengah China bukan tempat munculnya penularan COVID-19 dari hewan ke manusia. Meskipun klaster pertama wabah penyakit yang menyerang saluran pernapasan itu pertama kali ditemukan di Ibu Kota Provinsi Hubei tersebut.

“Kota itu memiliki sistem pengawasan khusus atas kasus pneumonia langka. Di sana ada hal yang sangat spesifik karena faktanya peringatan atas suatu peristiwa tidak berarti tempat itu menjadi awal mula penularan penyakit dari hewan ke manusia,” kata Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan, dikutip dari Kantor Berita Antara, Rabu (5/8).

Baca juga:  Pangdam Ingatkan Nakes Beri Pelayanan dengan Hati

Menurut dia, para ilmuwan China telah bekerja dengan baik dan memberikan data pendahuluan yang sangat penting. Penelitian epidemiologis lebih dalam untuk melihat kasus dan klaster pertama di Wuhan akan melibatkan para ilmuwan di seluruh dunia, demikian WHO.

Dua pakar dari WHO melakukan investigasi di China pada 11 Juli hingga Minggu (2/8), terhadap hewan yang dianggap sebagai biang COVID-19, demikian informasi yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional China (NHC). Selama berada di China, kedua ilmuwan tersebut berdiskusi dengan koleganya di China untuk melakukan riset, termasuk mencari jejak penularan, asal-mula hewan sebagai pembawa virus, dan bertukar gagasan untuk rencana penelitian ilmiah pada masa-masa yang akan datang.

Baca juga:  COVID-19 Memicu "Tsunami" Kebencian dan Xenophobia

“Tim internasional akan memasukkan ilmuwan dan peneliti terkemuka dari China dan seluruh dunia,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Asal-mula virus corona jenis baru itu memang sangat membingungkan para peneliti sejak pertama kali ditemukan. Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Microbiology pada akhir Juli lalu, para ilmuwan sekarang memiliki bukti lebih lanjut bahwa virus corona berevolusi di alam liar dan mungkin telah menjangkiti kelelawar selama lebih dari 40 tahun.

Baca juga:  Semua Tergantung Masyarakat

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan China dan Eropa mengatakan bahwa virus beberapa kali melompat dari hewan ke manusia. Penemuan tersebut menafikan teori konspirasi yang menyebutkan bahwa virus corona merupakan rekayasa hayati atau virus yang melarikan diri dari laboratorium. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *