DENPASAR, BALIPOST.com – Dunia kampus dan SMK di Bali merespons positif kebijakan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang membuka semua perguruan tinggi (PT) dan SMK bisa melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) tatap muka kembali. Kebijakan baru ini dinilai sudah saatnya dilakukan guna memberi penguatan kompetensi bagi peserta didik.
Rektor Universitas Mahasaraswati (Unmas) Denpasar Dr. I Made Sukamerta, M.Pd. mengungkapkan, sekalipun pandemi COVID-19 membuat daya beli masyarakat turun drastis, namun masyarakat mesti tetap menjamin anaknya terus melanjutkan studi sebagai aset keluarga. ‘’Pemerintah sudah menyiapkan berbagai kemudahan untuk itu. Termasuk bantuan Pemprov Bali berupa BLT, penggunaan BOS daerah, pasar gotong royong, dan lain-lain. Bahkan, ada rencana masyarakat yang berpenghasilan di bawah Rp 5 juta diberi BLT Rp 600.000 per bulan,’’ ujar Sukamerta dalam wawancara khusus Bali Post Talk serangkaian HUT ke-72 Bali Post, Gerakan Satu Juta Krama Bali Mewujudkan Bali Era Baru, Senin (10/8).
Khusus untuk perguruan tinggi swasta (PTS), Sukamerta mengakui selama menggelar PBM daring, selain terkesan dipaksakan dan memboroskan pulsa, masih ditemukan berbagai kelemahan. Alasannya, dunia kampus tak sama dengan Universitas Terbuka yang sudah siap dengan SDM dan modul PBM daring.
Bahkan, ia memperkirakan animo masyarakat melanjutkan studi ke perguruan tinggi turun 40 persen karena mereka masih menunggu kebangkitan pariwisata Bali. Itulah sebabnya dia sepakat dunia kampus dibuka lagi dengan PBM tatap muka guna kembali menggairahkan program pengabdian masyarakat dan iklim akademik.
Kendati demikian, ia mengakui manfaat PBM daring yakni munculnya budaya webinar dan komunikasi secara cepat. Di sinilah, pintar-pintarnya perguruan tinggi mengelola aset dan SDM.
Buktinya Unmas mengubah format KKN mahasiswa di era pandemi ini lewat daring. Mahasiswa dibebaskan KKN di desa asalnya. Bagi mahasiswa FKIP wajib mengedukasi anak usia sekolah di desa sekaligus memecahkan masalah PBM daring. Sedangkan mahasiswa Pertanian, mengedukasi petani di desanya.
Khusus soal melambatnya ekonomi Bali, Sukamerta memuji langkah inovatif Gubernur Bali menggelar pasar gotong royong. Di Unmas, misalnya, dilaksanakan tiap minggu dengan mengajak civitas akademika kampus membeli produk lokal pertanian Bali. “Ketahanan pangan Bali harus menjadi prioritas. Caranya dekatkan petani dengan pasar dan cintai produk lokal,’’ tegasnya.
Sementara itu, kalangan SMK juga menyambut baik Mendikbud membuka PBM tatap muka bagi SMK. Kepala SMK Saraswati 1 Denpasar Drs. I Wayan Reta, M.Psi. mengatakan, ruang tatap muka ini oleh SMK diisi dengan penguatan keterampilan lewat praktik lab. Alasannya, lulusan SMK disiapkan menjadi tenaga kerja siap pakai, harus padat dengan praktik yang tak diperoleh lewat PBM daring. Selain itu, kebijakan ini bisa mengurai kerinduan siswa akan sekolah dan temannya.
Menurut Reta, di SMK Saraswati 1 Denpasar sudah disiapkan strategi khusus PBM tatap muka dengan pengawasan protokol kesehatan yang ketat. Setiap kelas bergiliran masuk sekolah, 50 persen belajar teori di kelas dan sisanya praktik di lab.
Bahkan, komputer dan perlengkapan lab harus dijamin bebas virus dengan menutupi dengan plastik, setiap akan dan habis digunakan dibersihkan dengan cairan disinfektan. Agar berjalan demokratis, katanya, PBM tatap muka ini perlu mendapat dukungan dari orangtua siswa. (Sueca/balipost)