Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting yang berperan sentral dalam menyukseskan sebuah pembelajaran. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dari definisi tersebut, guru dan dosen yang paling umum dirujuk, karena profesi tersebut yang biasanya ada di sekolah dan di perguruan tinggi.
Kondisi pandemik Covid-19 yang terjadi lebih dari empat bulan telah membuat berbagai pihak di berbagai sektor kalang kabut dengan perubahan yang tiba-tiba, tak terlepas pendidik. Pendidik yang terlahir tahun 1950-an akan sangat merasakan dampak pandemi ini, karena kebanyakan dari mereka menekankan pada pembelajaran dengan tatap muka (face to face). Setelah pandemi merebak secara masif dan pemerintah memberlakukan belajar secara daring dari rumah, maka kebanyakan dari mereka bingung menentukan cara bagaimana mendesain dan melaksanakan pembelajaran secara daring tersebut.
Tugas menjadi pendidik tidaklah mudah. Kesuksesan atau kegagalan seseorang dalam sebuah jenjang pendidikan sering dihubungkan dengan pendidik, bahkan pendidik sering dipersalahkan bila terjadi kegagalan. Oleh karena itu, pendidik memiliki tugas yang dapat dibilang kompleks. Tiga tugas utama seorang pendidik adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Pada masa kenormalan baru, seorang pendidik dituntut untuk mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan dalam melaksanakan ketiga tugasnya tersebut agar semua perencanaan bisa berjalan pada rel yang benar dan mencapai target yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu diadaptasi adalah melaksanakan pembelajaran dari rumah. Dalam melaksanakan pembelajaran dari rumah, pendidik harus mampu menyesuaikan berbagai aktivitas pembelajaran yang biasanya diterjadikan di kelas (face to face) dengan jalan daring. Justru pembelajaran daring ini memberikan ruang dan gerak yang lebih fleksibel bagi pendidik untuk berkreasi menerjadikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered).
Pembelajaran terbalik (Flipped learning) merupakan salah satu solusi yang bisa dimaksimalkan pemanfaatannya. Dalam pembelajaran ini pendidik dapat memberikan materi pelajaran lebih awal (misalnya seminggu sebelumnya). Pendidik bisa menyampaikan materi pelajaran dalam satu sesi melalui LMS yang dimiliki sekolah atau lembaga, Whatsapp, email, Youtube, atau aplikasi lainnya. Pendidik bisa menugaskan peserta didik untuk mempelajari materi tersebut dan mencari informasi tambahan di internet untuk melengkapi pemahamannya, kemudian mereka membuat ringkasan atau laporan terhadap materi yang ditugaskan, baik itu secara individu atau berkelompok. Setelah itu, peserta didik harus mengumpulkan tugas yang diberikan secara daring pula sebelum dilakukan sesi pertemuan atau diskusi, baik menggunakan daring sinkronius maupun asinkronius. Tugas yang telah dikumpulkan tersebut bisa digunakan untuk memberikan tugas lainnya kepada peserta didik, yaitu melakukan penilaian teman sebaya (peer assesment), salah satu penilaian autentik yang juga digalakkan dalam pembelajaran abad ke-21. Melalui cara ini, peserta didik bukan saja dapat belajar dari ringkasan atau laporan siswa atau kelompok lain tetapi juga belajar memberikan penilaian, tentu dengan menggunakan rubrik penilaian yang telah disiapkan oleh pendidik.
Pendidik juga diharapkan menjadi pendidik yang produktif. Pendidik produktif adalah pendidik yang mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun bagi orang lain. Bagi dirinya, seorang pendidik dituntut untuk secara berkelanjutan mengembangkan profesinya. Salah satunya melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, seorang guru hendaknya menyesuaikan dengan perkembangan dan kondisi terkini.
Berbagai hal yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menghasilkan sesuatu yang terkait dengan pembelajaran, seperti membuat materi pembelajaran yang dikreasikan sendiri sesuai dengan konteks dan lingkungan terdekat peserta didik. Membuat media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini dengan memanfaatkan teknologi yang kaya informasi dan menarik bagi peserta didik.
Pendidik dapat membuat video pembelajaran yang merekam dirinya menyampaikan materi pelajaran yang bisa dikirimkan kepada peserta didik melalui daring agar mereka dapat menonton dan mendengarkan penjelasan gurunya. Banyak pendidik sekarang berkreasi menjadi youtuber, yang membuat materi pembelajaran sendiri dan meng-upload-nya untuk diakses dan dipelajari oleh peserta didik. Selanjutnya, pendidik dapat menggunakan media teknologi untuk melaksanakan penilaian baik penilaian proses maupun hasil pembelajaran, seperti penggunaan google form dalam mendapatkan umpan balik (feedback) dari peserta didik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Berbagai ajang webinar baik nasional maupun internasional dapat digunakan sebagai ajang belajar adaptif dan produktif oleh pendidik dalam rangka pengembangan profesi secara berkelanjutan. Melalui keikutsertaan sebagai partisipan webinar bertaraf nasional atau internasional, pendidik dapat belajar untuk menjadi guru yang mampu menyesuaikan pembelajaran dengan perkembangan zaman. Melalui keikutsertaan sebagai pembicara atau pemateri, pendidik dapat berlatih menjadi guru yang produktif, yaitu menghasilkan sebuah presentasi yang mampu dibagikan kepada khalayak penonton, baik berupa makalah dalam prosiding maupun berbentuk power point yang dibagikan kepada peserta. Akhirnya there is always a way when there is a will (selalu ada jalan apabila ada niat).
Penulis, Guru Besar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha