Gubernur Bali, Wayan Koster. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Perjalanan panjang Provinsi Bali dalam tiga dimensi waktu perlu dimaknai dalam peringatan Hari Jadi Provinsi Bali ke-62, Jumat (14/8). Yaitu masa lalu (Atita), masa kini (Wartamana), dan masa yang akan datang (Anagata).

Ada tiga unsur utama yang harus dipahami secara komprehensif tentang Bali yaitu, Alam Bali, Krama Bali, dan Kebudayaan Bali. “Ketiga unsur utama tersebut menjadi satu kesatuan tata cara kehidupan Krama Bali yang berkebudayaan tinggi,” ujar Gubernur Bali Wayan Koster saat menyampaikan pidato dalam Rapat Paripurna Istimewa “Peringatan Hari Jadi Provinsi Bali Ke-62” di ruang sidang utama, gedung dewan, Jumat (14/8).

Menurut Koster, alam Bali yang dikenal dengan “nyegara-gunung” merupakan alam yang sangat indah. Bali didiami oleh Krama Bali yang memiliki tata kehidupan dengan kebudayaan yang sangat tinggi.

Baca juga:  Universitas Trisakti Anugerahi Gubernur Koster Sustainability Leadership Award

Tata kehidupan Krama Bali dengan kebudayaan tinggi tersebut diwadahi dalam Desa Adat. Itu sebabnya, penguatan desa adat menjadi salah satu realisasi Program Prioritas sesuai dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali dalam dua tahun terakhir. Mulai dari pemberlakuan Perda No.4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali, hingga pembangunan gedung kantor Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali.

Program lain terkait penguatan desa adat yang sudah terealisasi, lanjut Koster, mengalokasikan anggaran sebesar Rp 447,9 miliar untuk 1.493 Desa Adat yang ditransfer langsung ke rekening masing-masing Desa Adat sebesar Rp 300 juta. Kemudian, pembentukan Dinas Pemajuan Masyarakat Adat di Provinsi Bali yang khusus menangani urusan Desa Adat, serta mulai disiapkan Sistem Keamanan Lingkungan Terpadu berbasis Desa Adat (SIPANDU BERADAT).

Baca juga:  Upaya Tekan Penyebaran COVID-19, PTM dengan Prokes 3 M Ketat Harus Diimbangi Vaksinasi

“Desa Adat pun telah menunjukkan kinerja dan dedikasinya secara sungguh-sungguh dengan membentuk Satgas Gotong Royong yang berhasil mencegah COVID-19 di Wewidangan Desa Adat,” imbuhnya.

Ia mengucapkan terima kasih kepada Bandesa Adat, Kepala Desa, Lurah, dan semua komponen masyarakat yang telah bekerjasama dalam penanganan COVID-19 di wilayahnya.

Program penting lain yang telah berjalan dengan baik dan berhasil, lanjut Koster, pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai, Jaminan Kesehatan Krama Bali Sejahtera, penyelenggaraan Bulan Bung Karno, pemanfaatan dan pemasaran produk pertanian, perikanan, dan industri lokal Bali, tata kelola minuman destilasi arak Bali, penyelenggaraan kesehatan tradisional Bali, penggunaan aksara dan bahasa Bali, penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, penggunaan busana Adat Bali, penyelenggaraan Festival Seni Bali Jani, serta fasilitasi perolehan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Baca juga:  Akomodasi Pariwisata Tumbuh Liar, Dewan Klungkung Minta Tak Ada Pembiaran

Kemudian berkaitan dengan infrastruktur, yaitu pembangunan ruas jalan singkat (short cut) Singaraja – Mengwitani,  pembangunan pelabuhan segitiga emas Sanur, Nusa Penida, dan Nusa Ceningan, percepatan pembangunan Bendungan Sidan di Kabupaten Badung dan Bendungan Tamblang di Kabupaten Buleleng,    pembangunan Pasar Sukawati, pembangunan sungai buatan normalisasi Tukad Unda, penataan dan pengembangan Pelabuhan Benoa, serta pembangunan 4 SMA/SMK Negeri baru.

“Selain itu sudah diselesaikan desain Program Pelindungan Kawasan Suci Besakih dan desain Pusat Kebudayaan Bali. Program tersebut didanai dari APBD Provinsi Bali dan APBN,” paparnya.

Koster bersyukur dalam masa pandemi COVID-19 ini sejumlah program prioritas yang penting dan strategis tersebut tetap dapat berjalan sesuai rencana. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *