Luh Cidrayanti. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Semangat guru-guru yang bertugas di desa patut diacungi jempol. Pada peringatan 17 Agustus kali ini patut dijadikan inspirasi semangat kebangsaan, khususnya dalam mencerdaskan anak bangsa.

Salah seorang guru penuh semangat kebangsaan di Bali, bisa ditemukan di Bangli. Ni Luh Putu Cidrayanti, S.Pd. dikenal sebagai guru serba bisa. Mulai dari menyabit rumput, menjadi guru honorer, juga beternak hingga membuka les bagi anak-anak didiknya.

Hidup di desa membuatnya banyak berbuat untuk bertahan hidup namun juga mengabdi dengan menerapkan ilmu pendidikan PGSD kepada anak-anak sekolah. Di Banjar Lumbuhan, Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Bangli, Ni Luh Putu Cidrayanti adalah sosok guru yang hidup serba sederhana.

Anak tunggal Jero Made Suwiji dan Jero Mangku Nyoman Budiarsa ini adalah sosok pekerja keras. Pagi dia sibuk mengajar lewat daring, sebagai guru honorer di SDN 2 Sulahan, sore harinya dia tekun menyiapkan bahan pakan ternak mulai dari sapi, babi dan bebek.

Baca juga:  Krisis Guru, DPRD Buleleng Sarankan Tambah Guru Kontrak

Termasuk, rutin menyabit rumput ia lakoni seperti laki-laki di desanya. Maklum kedua oragtuanya sebagai pemangku.

Saat ini dia memelihara tiga ekor sapi, 13 ekor babi, dan puluhan bebek. “Ngapaian malu mengerjakan tugas nyabit kalau kenyataannya memang demikian,” tegasnya, Senin (17/8).

Mulai pukul 16.00 sampai 17.40 Wita, ia mulai mengajar les baca tulis dan berhitung alias calistung bagi anak-anak SD warga sekitarnya. Sambil beternak dia juga menerapkan ilmu pedagogiknya.

Ia adalah Sarjana PGSD tamatan Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja tahun 2016. Selama COVID-19, dia pun menerapkan protokol kesehatan dengan cara membimbing les dibatasi hanya untuk lima siswa kelas I dan II SD tiap hari.

Baca juga:  Dua Fraksi Apresiasi Rencana Kenaikan Upah Guru Honor  

Yang unik adalah fasilitas lesnya sangat sederhana dan jauh dari lengkap. Ruang les berukuran 2 meter x 4 meter itu lebih pas disebut gubuk darurat ketimbang tempat belajar.

Ia mengatakan tempat itu dibangun secara gotong royong oleh tetangga yang anaknya ikut les. Berlantai tanah, beratapkan terpal dan berdinding triplek dan sebagian terpal. Tak punya batako sebagai penyangga lantai, warga menggantinya dengan batang bambu. Itupun menggunakan terpal bekas dipakai berjualan oleh ibunya.

Awalnya dia menggratiskan anak-anak les, namun belakangan para orangtua kasihan melihat kehidupan bu gurunya. Mereka akhirnya sepakat memberi uang lelah Rp 5000 sekali datang.

Baca juga:  Peran Guru Melayani untuk Menginspirasi

Dana ini, menurut Cidrayanti dia kumpulkan termasuk hasil penjualan ternaknya akan dipakai untuk membangun tempat les yang lebih permanen. Selain memang diperlukan oleh warga juga bisa dipakai jangka panjang usai pandemi COVID-19.

Semangat ini yang patut dihargai oleh pemerintah. Luh Putu Cidrayanti berharap bisa dibantu Pemkab Bangli menjadi guru kontrak atau diterima sebagai guru PNS.

Gadis kelahiran 16 Mei 1994 ini mengatakan kini semua SD kekurangan guru karena guru yang diangkat pada tahun 1965 akan banyak pensiun tahun depan.

Pemerintah mesti mengisi mulai sekarang demgan memprioritaskan pengangkatan putra daerah. Selain efektif, mereka tak akan mungkin minta pindah tugas lagi. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *