Seorang pekerja kesehatan di Seoul, Korsel, menggunakan APD lengkap menyemprotkan disinfektan. (BP/AFP)

SEOUL, BALIPOST.com – Korea Selatan (Korsel) pada Selasa (18/8) memerintahkan klub malam, museum, dan restoran prasmanan ditutup dan melarang pertemuan besar di dalam dan sekitar ibu kota. Hal ini menyusul terjadinya lonjakan kasus virus corona (COVID-19) baru yang memicu kekhawatiran terjadinya gelombang kedua wabah ini.

Dikutip dari AFP, pendekatan “lacak, uji, dan obati” negara itu untuk mengekang virus telah dianggap sebagai model global, tetapi kini sedang memerangi beberapa klaster, yang sebagian besar terkait dengan gereja-gereja Protestan.

Pihak berwenang melaporkan 246 infeksi baru pada Selasa, menjadikan total kasus ditangani Korea Selatan menjadi 15.761 orang. Sudah lima hari berturut-turut, jumlah kasus baru di Korsel meningkat tiga digit setelah beberapa minggu dengan jumlah antara 30-an dan 40-an.

Baca juga:  2019, 3 Obyek Wisata Ini Masih Favorit di Tabanan

Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan 12 kategori bisnis berisiko tinggi, termasuk klub malam, bar karaoke, dan restoran prasmanan akan berhenti beroperasi mulai Rabu (19/8) di Seoul, Incheon, dan provinsi tetangga Gyeonggi.

Semua lembaga publik di daerah itu, seperti museum, juga akan ditutup, tambahnya. Sementara pertemuan di dalam ruangan lebih dari 50 orang dan pertemuan di luar ruangan lebih dari 100, juga akan dilarang.

Baca juga:  OTT Petugas Imigrasi Bandara Ngurah Rai, Uang Seratus Juta Disita

Ketiga wilayah tersebut menyumbang setengah dari populasi Korea Selatan. Dikatakannya jika langkah-langkah tersebut gagal memutus penyebaran virus, hal itu akan membawa “dampak besar bagi perekonomian dan mata pencaharian masyarakat,” kata Chung.

Semua pertemuan gereja telah dilarang di Seoul dan Gyeonggi sejak Sabtu. Sementara kegiatan olahrga kembali digelar di ruang tertutup dan warga didesak untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu.

Klaster penularan terbesar saat ini berpusat di Gereja Sarang Jeil di Seoul, dipimpin oleh seorang pendeta konservatif kontroversial yang telah dinyatakan positif COVID-19.

Sebanyak 457 kasus terkait dengan gereja itu pada Selasa, tetapi otoritas kesehatan mengatakan situasi saat ini adalah “krisis yang jauh lebih besar” daripada wabah awal Korea Selatan, ketika lebih dari 5.000 orang yang terkait dengan sekte agama terinfeksi.

Baca juga:  11 Hari Melaporkan Kematian COVID-19, Dua Zona Merah di Bali Ini Laporkan Puluhan Warga Jadi Korban

Klaster itu berpusat di selatan kota Daegu, tetapi laporan mengatakan bahwa anggota Sarang Jeil tinggal di seluruh negeri.

Kali ini, “ada risiko virus menyebar ke seluruh negeri,” kata Kwon Jun-wook, Wakil Direktur Jenderal Pusat Pengendalian Penyakit.

“Jika penyebaran tidak dapat diatasi minggu ini, kehidupan sehari-hari di seluruh negeri mungkin harus dihentikan.” (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *