DENPASAR, BALIPOST.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, di Bali yang sudah dites PCR sebanyak 33.833 orang. Jika diambil rasionya per satu juta penduduk, sudah dites 16.349 orang. “Jadi Bali untuk pengetesan itu sudah masuk standar WHO,” ujarnya.
Sedangkan secara global yang sembuh 67,88 persen dan mortality atau fatality rate 3,49 persen. Indonesia sendiri yang sembuh 68,93 persen di atas rata-rata WHO, dan mortality 4,39 persen.
Khusus Bali yang sembuh 87,3 persen dan yang meninggal 1,3 persen. “Sehingga tentu Bali ini siap menerima tamunya kembali,” ujarnya.
Menko Bidang Perekonomian mengundang menteri-menteri yang berada di bawah koordinasinya hadir di Bali untuk memberikan semangat kebangkitan pariwisata di Bali. Khusus pada hari itu, sesuai pembicaraan sebelumnya dengan Gubernur Bali bahwa harus memiliki lebih dari satu mesin penggerak ekonomi Bali, bukan hanya pariwisata tapi juga usaha kecil menengah.
Sehingga dengan demikian terdiversifikasi dan ditambah lagi dengan pertanian dalam arti luas perlu didorong di Bali. “Sehingga dengan demikian bisa menyangga keberlanjutan dari ekonomi di Bali. Tentu sekarang masih 90 persen tergantung pariwisata. Tapi ke depan pemerintah mendorong bahwa industri kaitannya termasuk UMKM, untuk ekspor perlu didorong dari Bali,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Bali kontraksinya sampai minus10,98 persen pada triwulan II 2020, di atas atau dua kali dari kontraksi ekonomi nasional. Beberapa wilayah lain seperti Sumatera, kontraksinya lebih baik dari nasional.
Tentunya karena diversifikasi ataupun hasil bumi, pertanian bisa menjadi andalan sama seperti potensi yang ada di Bali. Oleh karena itu pemerintah terus mendorong dengan menganggarkan COVID-19 Rp 695 triliun dan untuk alokasi UMKM sebesar Rp 123 triliun. “Pemerintah mendorong penyaluran KUR untuk membangkitkan UMKM lokal,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)