I Kadek Darsika Aryanta. (BP/Istimewa)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Penyederhanaan kurikulum di masa pandemi dibutuhkan sebagai petunjuk pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada tahun ajaran yang baru. Setelah itu penyederhanaan kurikulum juga dibutuhkan untuk menyesuaikan materi pelajaran, jam belajar, penilaian serta pedoman pelajaran karakter dan budi pekerti bagi siswa.

Praktik pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berlanjut pada tahun ajaran ini membuka wacana penyederhanaan kurikulum. Saat ini penyetaraan kurikulum dalam pembelajaran jarak jauh bisa dalam bentuk penggabungan mata pelajaran yang relatif sama, sehingga jumlah pelajaran yang diikuti siswa tidak terlalu banyak.

Siswa dalam masa PJJ ini tentu saja tidak ada bimbingan penuh dari guru, karena itu kalau hanya mengandalkan pada kemampuan teknologi tentu saja ini merupakan tugas yang sangat berat bagi orangtua. Untuk mendidik anak secara langsung dan mendampingi anak untuk belajar.

Untuk itulah perlu dilakukan suatu evaluasi yang menyeluruh terhadap kurikulum di masa pandemi ini, sehingga kompleksitas materi yang ada di dalam pembelajaran di kurikulum ini bisa menjadi lebih disederhanakan. Di mana aspek ini bisa dilihat dari kelemahan orangtua.

Orangtua bukanlah seorang guru yang profesional, tidak semua orangtua merupakan guru yang ada di sekolah untuk itulah diperlukan suatu penyederhanaan materi yang ada di dalam kurikulum, sehingga orangtua dapat mampu membimbing anaknya untuk dapat belajar di samping dengan adanya sentuhan dari guru melalui pembelajaran jarak jauh.

Baca juga:  Antara Desa Adat dan Desa Pakraman

Esensi dari kurikulum ini adalah bagaimana kurikulum ini mampu adaptif terhadap perkembangan zaman. Penyederhanaan kurikulum yang ada di masa pendidikan jarak jauh akan bisa menjadi lebih meringankan beban siswa dan bisa menjadi salah satu solusi, sehingga siswa mampu belajar dengan baik.

Penyesuaian kurikulum ini tidak harus secara total dilakukan. Penyesuaian kurikulum ini bisa bersifat penyederhanaan kompetensi yang ada di dalam struktur mata pelajaran itu sendiri. Untuk itulah dalam pembelajaran ini proses penyederhanaan ini akan mampu mengurangi beban siswa untuk belajar di rumah.

Guru dalam praktik pembelajarannya dapat menyampaikan materi-materi esensial dan memberikan keleluasaan bagi guru untuk memberikan pembelajaran secara lebih luas dengan waktu belajar yang lebih panjang. Terdapat dua hal mendasar yang sedang menjadi konsen perubahan kurikulum di mana yang pertama adalah penyesuaian kompetensi dasar.

Hal ini dilakukan agar guru tidak terlalu berat dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah. Kedua adalah penyiapan model-model pembelajaran yang dipakai untuk siswa dalam belajar mandiri. Dengan adanya model ini yang lebih ringkas tentu akan berisi pelajaran siswa yang lebih efektif yang digunakan selama belajar mandiri, selain itu juga bisa dibuatkan video-video sehingga siswa dalam belajar mandiri tidak bosan dalam belajar.

Baca juga:  Film Berbahasa Bali untuk Apa?

Namun perlu dipahami bahwa implementasi kurikulum dalam pembelajaran haruslah konsep yang benar-benar dipraktikkan. Jangan sampai kurikulum dijadikan hanya sebagai pemenuhan administrasi belaka yang distrukturkan melalui birokrasi akademi, tetapi juga partisipasi nyata praktik-praktik mengajar guru dalam melampaui wilayah pedagoginya yang out of the box. Hal-hal inilah yang sangat dibutuhkan sekarang ini, sehingga bisa menjadi faktor penentu dalam upaya menunjang keberhasilan kurikulum.

Kurikulum darurat di masa depan bumi sangat dibutuhkan. Kurikulum darurat yang dimaksud antara lain relaksasi konten dalam standar isi sehingga sesuai dengan apa yang ada di lapangan. Guru dan siswa sangat menanti adanya perubahan kurikulum ini. Dalam pendidikan jarak jauh sehari bisa memberikan dua mata pelajaran yang berbeda, hal ini berarti rata-rata mata pelajaran hanya bisa diberikan seminggu sekali ketukan pedoman materi esensial materi yang bisa diberikan interaktif dan sisanya bisa diberikan dalam bentuk modul agar siswa bisa belajar mandiri.

Pentingnya relaksasi kurikulum yang baru ini harus benar-benar menstrukturkan pembelajaran yang lebih terbuka dan merangsang guru untuk terus berkreativitas membangun kelas-kelas merdeka mereka. Dalam kurikulum merdeka belajar penting juga untuk mempertimbangkan peran nyata para guru dan siswa karena realitas kurikulum dibangun berdasarkan hubungan antara guru dan siswa.

Baca juga:  Isu Penghapusan Pelajaran Sejarah, Ini Kata Mendikbud

Tekanan kurikulum yang padat dan kompleks menyebabkan siswa akan merasa lebih terkungkung, bahkan tidak akan mengalami pembebasan yang berarti, sehingga dalam masa pandemi anak-anak cenderung akan terjerumus ke dalam pengetahuan itu sendiri. Siswa belum mendapat pendampingan yang maksimal dari orangtua.

Kita tidak bisa menyalahkan orangtua sendiri karena memang tuntutan kurikulum yang ada sekarang ini mengharuskan mereka berada di sekolah untuk belajar dan didampingi oleh guru-guru yang professional, bukan hanya perlu pendampingan dari guru saja. Untuk itulah perlu adanya penyesuaian kurikulum yang ada, sehingga baik orangtua siswa dan juga guru bisa mampu bersinergi di dalam masa pandemi ini.

Penyesuaian kurikulum dengan adaptif dengan keadaan yang sekarang, sehingga konsep merdeka belajar yang dicanangkan oleh pemerintah dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bisa menjadi lebih menyatu dan juga tidak terjadi distorsi yang cukup panjang di dalam praktik pembelajaran siswanya.

Relaksasi kurikulum ini harus segera diimplementasikan agar bisa menjadi pedoman pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Pada kurikulum yang baru ini, semua standar pencapaian yang tadinya sangat merepotkan guru dalam beradaptasi karena dikejar tayang kurikulum akan menjadi semakin ramping dan fokus pada kompetensi yang inti dari suatu matapelajaran.

Penulis, Wakil Kepala SMAN Bali Mandara, guru Fisika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *