GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar selama ini telah mengembangkan objek wisata Hidden Canyon. Di areal objek tersebut krama desa adat setempat juga sudah melakukan penataan kawasan Beji Solas.
Beji dengan 11 pancuran air ini diyakini dapat memenuhi doa yang memohon berkat. Sementara prajuru yang menjadikan mata air ini sebagai air dalam kemasan, telah memperoleh omzet ratusan juta rupiah setiap tahunnya.
Bendesa Adat Guwang, I Ketut Karben Wardana menuturkan, air dari beji tersebut memang cukup besar. Apalagi dengan 11 pancuran sekaligus. Namun sebelum dikelola, air dari beji itu banyak terbuang sia-sia ke sungai.
Saat mengawali pemerintahannya sebagai Bendesa Adat Guwang, di sanalah terbersit kenginginan mengelola beji tersebut. Tentunya berkat dukungan tokoh masyarakat dan prajuru desa adat setempat. ‘’Kami mulai persiapan itu sejak 2017. Dengan melakukan uji lab untuk memastikan kelayakan. Waktu itu juga didukung bantuan dari PUPR Provinsi Bali,’’ ungkapnya.
Hasil lab pun memastikan air dari Beji Solas tersebut memenuhi unsur kelayakan untuk dikonsumsi. Selanjutnya disiapkan tempat untuk proses filterisasi hingga ultraviolet.
Awal dibuka pada Juli 2018 lalu, sebagai promosi seluruh krama Desa Adat Guwang diberikan gratis untuk kemasan galon ukuran 19 liter. Desa Adat Guwang terdiri dari tujuh banjar, yakni Banjar Tegal, Buluh, Manikan, Tatag, Dangin Jalan, Sakih dan Banjar Wangbung. “Sambutan krama kami saat itu sangat positif dan sampai saat ini hampir 90 persen krama Desa Adat Guwang yang berjumlah 1.359 KK sudah berlangganan air kemasan ini,” ungkapnya.
Diakui kini air tersebut hanya dijual kepada krama Desa Adat Guwang seharga lima ribu rupiah per galon ukuran 19 liter. Bahkan sampai saat ini diproduksi 300 galon setiap harinya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga memproduksi air botol kemasan ukuran 330 ml yang dinamakan Air Mineral Toya Beji Guwang. “Kalau air kemasan botol ini biasa kami manfaatkan untuk kebutuhan di pura bila ada upacara termasuk juga di desa,” katanya.
Diakui sampai saat ini omzet penjualan air kemasan tersebut mencapai Rp 411 juta lebih pada 2019 lalu dengan laba seratus juta lebih. Hasil dari penjualan tersebut dimanfaatkan untuk mendukung prosesi upacara di desa adat, sehingga kini krama desa adat setempat tidak pernah dikenakan urunan lagi untuk prosesi upacara. “Maka ini juga akan kami jadikan sebagai Baga Usaha Praduen Desa Adat Guwang,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga berencana menjual produk ini kepada pelanggan di luar wilayah Desa Adat Guwang. Namun pihaknya sedang menunggu proses izin dari BPOM, terutama untuk air kemasan 330 ml.
Perlu diketahui, Beji Solas yang berada pada satu kawasan dengan objek wisata Hidden Cenyon juga bisa dikunjungi wisatawan. Diyakini dengan malukat pada 11 pancuran ini dapat memberikan kesucian, serta mendapat berkat atas doa yang disampaikan.
Diakui objek wisata Hidden Cenyon sendiri sampai saat ini sudah dibuka untuk tamu domestik. Namun, diakui, tingkat kunjungan tidak seramai sebelum pandemi COVID-19.
Menyikapi kondisi ini pihaknya pun sudah menurunkan harga tiket kunjungan, khusus untuk tamu domestik. “Itu sudah termasuk welcome drink dan guide yang akan mengantar selama mengunjungi areal wisata kami,” ucapnya.
Upaya menjaga sumber mata air serta lingkungan alam sekitar ini tidak lain pula sebagai bentuk dukungan untuk program “Nangun Sat Kerthi Loka Bali.” Mengoptimalkan sumber mata air ini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Adat Guwang. “Dengan visi dan misi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ ini kami di Desa Adat Guwang menggali potensi objek wisata hingga pengolahan air ini,” ujarnya.
Karben Wardana mengaku situasi COVID-19 ini, pihaknya tidak hanya melihat sisi negatif, namun juga sisi positif. Terutama di Desa Adat Guwang kini banyak muncul wirausaha yang menjual hasil kerajinan hingga kuliner lawar plek khas Desa Adat Guwang. “Kalau dulu kan banyak yang sibuk karena bekerja di pariwisata, tapi sekarang sejak dirumahkan warga kami kembali berwirausaha, salah satunya lawar olek, banyak yang ramai dikunjungi, termasuk penjualan lewat online,” ungkapnya.
Nah dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19, pihaknya pun masih rutin memberikan sosialisasi kepada warga, terutama dalam pengguna masker. Diakui, warganya sampai saat ini mau tertib dengan imbauan pemerintah. “Kalaupun ada yang lupa memakai masker, misalkan saat ngayah di pura, itu kami berikan dia masker. Jadi tidak sampai menyuruh warga pulang mengambil masker, karena kami sendiri masih memiliki stok masker, termasuk juga hand sanitizer,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)