DENPASAR, BALIPOST.com – Bali mempunyai tugas berat untuk mendorong masyarakat agar mulai meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum. Terlebih setelah diluncurkannya program layanan angkutan massal berbasis jalan di kawasan perkotaan dengan skema pembelian layanan buy the service Trans Metro Dewata di Provinsi Bali, Senin (7/9) sore.
Acara peluncuran yang dipusatkan di halaman Pasar Badung, Kota Denpasar ini dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub RI Budi Setiyadi dan Sekda Kota Denpasar A.A. Rai Iswara. “Pemprov Bali telah memfasilitasi kerjasama antara Kementerian Perhubungan, Provinsi Bali dan Pemkot Denpasar untuk menyediakan angkutan umum dalam aglomerasi perkotaan yang aman, nyaman, berkeselamatan dan terjangkau,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, I Gde Wayan Samsi Gunarta.
Menurut Samsi, ada 4 koridor layanan angkutan aglomerasi Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang diluncurkan. Dimulai dari operasional koridor GOR Ngurah Rai menuju Bandara Ngurah Rai dan sebaliknya. Layanan ini merupakan bagian dari program pemerintah yang disediakan melalui anggaran Kemenhub RI.
Menariknya, operator dari 4 koridor Trans Metro Dewata dimenangkan oleh konsorsium perusahaan otobus lokal Bali. “Ini menandakan bahwa Pemprov Bali telah melakukan pembinaan dengan baik kepada perusahaan angkutan sehingga mampu memenangkan kompetisi secara nasional,” jelasnya.
Samsi menambahkan, seluruh trayek di 4 koridor terintegrasi dengan trayek Trans Sarbagita, trayek-trayek AKDP, trayek pelayanan KSPN, dan trayek angkot Denpasar. Diantaranya, terminal Pesiapan dari Tabanan menuju Central Parkir Kuta, Bandara Ngurah Rai-GOR Ngurah Rai Denpasar, Pantai Matahari Terbit-Dalung Permai, serta Ubud-Terminal Ubung.
Operasional angkutan massal ini menggunakan teknologi informasi dan aplikasi “Teman Bus” (Transportasi Ekonomis, Mudah, Andal dan Nyaman). Masyarakat pengguna dapat mengakses informasi keberadaan dan ketibaan bus pada halte terdekat, mengatur prioritas lampu lalu lintas, dan transaksi non-tunai yang terkoneksi langsung dengan layanan bank.
Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub RI Budi Setiyadi mengatakan, peresmian di Bali merupakan yang ketiga setelah Solo dan Palembang. Pemerintah saat ini tengah berupaya merubah tradisi atau budaya masyarakat agar tidak lagi tergantung dengan kendaraan pribadi.
Dengan harapan, bisa menciptakan kondisi ekonomi yang lebih baik serta mengurangi kemacetan. Secara khusus, pihaknya berharap Walikota Denpasar melakukan strategi pembatasan kendaraan pribadi. Sebagai contoh melakukan manajemen parkir agar masyarakat beralih ke bus.
“Indikator negara atau kota itu maju kalau ada ketergantungan masyarakat dengan angkutan umum, bukan sebaliknya ketergantungan pada kendaraan pribadi,” ujarnya.
Menurut Budi, layanan Teman Bus hadir sebagai penunjang mobilitas masyarakat Bali dan melengkapi layanan transportasi Trans Sarbagita. Di samping menjadi bagian dari digitalisasi 4.0.
Hanya dengan gadget, masyarakat sudah bisa mengakses bus yang cukup representatif. Secara keseluruhan, ada 105 unit bus untuk Bali dan terbanyak diantara 5 kota di Indonesia. “Tahun 2020 ini, untuk sementara kami masih menggratiskan kepada masyarakat sampai dengan bulan Desember. Nanti sebelum bulan berikutnya, kita akan coba melakukan kajian kira-kira tarifnya berapa. Tapi tetap subsidi kita berikan,” jelasnya.
Budi menambahkan, Bali mendapat perhatian yang cukup besar dari Presiden RI melalui Menteri Perhubungan. Tidak hanya soal angkutan massal, tapi proyek infrastruktur lain seperti pembangunan dermaga Sampalan dan Bias Munjul.
Pihaknya juga tengah bekerjasama dengan Waskita Karya untuk melakukan kajian tentang angkutan berbasis massal dari Denpasar ke Bali Utara. Mengingat di tahun 2023, bandara Bali Utara harus sudah siap sehingga angkutan massal-nya juga diharapkan sudah siap.
Sementara itu, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, sosialisasi kepada masyarakat memang harus digencarkan. Sebab, minat masyarakat Bali memang masih rendah untuk menggunakan transportasi publik.
Ini lantaran wilayah Bali yang kecil, antar kabupaten cukup dekat, dan orang Bali lebih suka mengendarai sepeda motor. Padahal risikonya lebih tinggi ketimbang naik angkutan umum.
“Saya memperhatikan Trans Sarbagita yang beroperasi selama ini peminatnya kurang, rugi terus. Tapi memang juga desainnya kurang menarik,” ujarnya.
Koster mengaku akan mendorong masyarakat agar lebih mencintai transportasi publik karena lebih efisien, aman dan nyaman, serta murah lantaran disubsidi. Apalagi Trans Metro Dewata disiapkan dengan bus baru dan digratiskan sampai Desember.
Menurutnya, ini merupakan insentif yang luar biasa. “Kalau di Jakarta, orang ngejar bus. Disini bus ngejar orang. Jadi beda,” imbuhnya. (Rindra Devita/balipost)