GIANYAR, BALIPOST.com – Koordinator Staf Khusus Presiden Republik Indonesia, AAGN Ari Dwipayana melakukan kunjungan kerja ke Ubud pada Rabu (9/9). Dalam kunjungan tersebut Ari Dwipayana bertemu dengan Ketua dan Pengurus Yayasan Bina Wisata Ubud, sebuah Yayasan nirlaba yang telah puluhan tahun memiliki kepedulian dalam menjaga Ubud sehingga menjadi kawasan wisata terbaik dunia.
Hadir dalam pertemuan tersebut, seperti dalam rilis yang diterima adalah Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Ketua Bappeda Provinsi Bali I Wayan Wiasthana Ika Putra, Kepala Dinas PUPR Provinsi Bali Astawa Riadi dan Kepala Bappeda Kabupaten Gianyar I Gede Widarma Suharta.
Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati menyampaikan berbagai hal terkait perkembangan kondisi pariwisata Ubud di masa pandemi. Dari permasalahan pengelolaan, hingga luasnya dampak pandemi yang dirasakan oleh masyarakat di Ubud.
Cok Bayuputra juga menyampaikan harapannya agar pemerintah memberikan perhatian khusus atas berbagai persoalan yang terjadi sekarang, mengingat besarnya kontribusi Ubud dalam pariwisata Bali, juga Indonesia. Lebih lanjut Bayuputra menyampaikan, hendaknya pandemi ini dapat dijadikan momentum, waktu yang tepat untuk menata Ubud lebih baik dimasa yang akan datang.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Sukawati , yang akrab di sapa Cok Ace menambahkan bahwa keberadaan Ubud sebagai Episentrum Pariwisata Budaya Bali, saat ini memang membutuhkan perhatian yang serius. Karena itu upaya-upaya untuk menata Ubud secara terintegrasi perlu terus dilakukan. Hasil yang nyata, sekecil apapun penting untuk membuktikan keseriusan berbagai pihak untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di Ubud.
Agar tujuan tersebut tercapai, Cok Ace menekankan pentingnya kesamaan pandangan dalam melihat persoalan, dan kesepakatan untuk merumuskan solusi yang nyata.
Manjawab hal tersebut, Ari Dwipayana sepakat bahwa Ubud memang memiliki kontribusi yang luar biasa terhadap pembentukan citra pariwisata Bali dan Indonesia. Karena itu, sudah sepantasnya jika penataan Kawasan Ubud sebagai salah satu destinasi terbaik dunia menjadi concern pemerintah provinsi dan pemerintah pusat.
Dalam kaitan tersebut, Ari Dwipayana menyatakan kesediaan untuk menjadi jembatan komunikasi antara berbagai pihak, agar apa yang menjadi persoalan dalam penataan Kawasan Ubud dapat diselesaikan dengan baik.
Ari Dwipayana juga menyampaikan ada tiga tahap penanganan dampak ekonomi Covid-19. Tahap pertama adalah tahap survival. Ari yang menyampaikan informasi bantuan-bantuan pemerintah yang telah digulirkan di masa pandemi khususnya bagi masyarakat terdampak. Ari mendorong agar pemerintah daerah dan masyarakat aktif mengakses bantuan-bantuan tersebut, terutama bagi yang kena PHK.
Tahap kedua adalah tahap recovery. Ari menekankan pentingnya kampanye safe travel sehingga bisa membangun kepercayaan dan rasa aman wisatawan.
Ari juga mengingatkan agar para pengelola wisata dan pelaku bisnis lain yang sudah beroperasi agar memperhatian dengan sungguh-sungguh dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan dan menumbuhkan rasa aman bagi masyarakat, sehingga mereka mau berkunjung kembali.
Tahap ketiga, menurut Ari adalah tahap transformasi. Pandemi memberikan kesempatan untuk menata Ubud lebih baik, baik dari sisi infrastruktur maupun dari sisi kebersihan, keamanan dan kesehatan.
Ari Dwipayana juga menekankan bahwa moementum penataan Ubud memerlukan sinergi berbagai pihak. Di akhir acara, Ari Dwipayana menyerahkan bantuan 10 ribu masker kepada masyarakat Ubud melalui Yayasan Bina Wisata Ubud. Ari berpesan, agar Yayasan, ikut mengedukasi masyarakat untuk disiplin memakai masker dalam kegiatan keseharian. (kmb/balipost)