DENPASAR, BALIPOST.com – Kerinduan pencinta seni di Bali untuk menikmati kisah cinta sejati Jayaprana-Layonsari dengan kemasan artistik akan segera terjawab. Pukul 20.00 Wita, Jumat (11/9) besok, Drama Keraton ‘’Jayaprana’’ yang dirangkum dalam empat episode ini akan tayang perdana di Bali TV dan dipastikan sanggup mengharu-biru perasaan penonton.
Drama yang tiap episodenya berdurasi satu jam ini mengembuskan ‘’napas’’ kebaruan dalam panggung seni pertunjukan di Bali, karena ilustrasi musiknya ditata dengan sangat artistik dalam balutan kerawitan elektronik (keraton). Ilustrasi musik ‘’keraton’’ inilah yang menjadi identitas sekaligus membedakan produksi Bali TV bekerja sama dengan Sanggar Kayon, Pejeng, Gianyar dan Pemprov Bali ini dengan drama gong yang sudah lebih dulu dikenal oleh pencinta seni Bali.
Menurut Penulis Skenario sekaligus Sutradara Drama Keraton ‘’Jayaprana’’ Dewa Ngakan Gede Suastika, S.Sn., skenario dari drama ini disusun berdasarkan Lontar Geguritan Jayaprana yang dibuat pada Buda Kliwon Wuku Gumbreg Sasih Kalima Tahun Çaka 1564 yang sudah dialihaksarakan oleh Ketut Ginarsa. Guna menghidupkan karakter-karakter sentral dalam kisah cinta sepasang anak manusia yang berakhir tragis ini, pria yang akrab disapa Dewa Bondres ini merekrut sejumlah seniman muda penuh talenta dan seniman-seniman senior yang di kalangan pencinta seni di Bali dikenal sebagai legenda hidup drama gong.
Sebagai contoh, seniman muda IGN Edy Arta Gunawan, S.Pd., M.Si. yang berperan sebagai Jayaprana dan Ni Putu Sucita Dewi, S.Pd. (Layonsari) merupakan pragina Arja dan pernah dipercaya sebagai Duta Kota Denpasar dalam pementasan Drama Gong Remaja di ajang Pesta Kesenian Bali. Dari kalangan senior, tentunya pencinta seni di Bali sudah tidak asing lagi dengan sosok pragina drama gong legendaris Dr. Drs. I Wayan Sugita, M.Si. yang senantiasa sukses memantik rasa marah, jengkel, benci dan antipati para penonton lewat peran antagonisnya sebagai Patih Agung.
Di Drama Keraton ‘’Jayaprana’’ ini, Sugita dipastikan tampil prima lewat perannya sebagai Perbekel/Patih Saunggaling. Legenda drama gong lainnya yang juga turut mengeksplorasi kemampuan aktingnya adalah I Dewa Ketut Sabar, S.Pd. (Raja Kalianget), Dewa Ayu Oka Yuniari (Permaisuri Raja Kalianget), dan A.A. Gde Kartika, S.Pd. (Bendesa Banjar Sekar/Ayah Layonsari) serta puluhan pragina lainnya yang sudah malang-melintang di panggung seni pertunjukan Bali.
‘’Drama Keraton ‘Jayaprana’ ini didukung sekitar 80 orang seniman. Mayoritas merupakan seniman-seniman muda penuh talenta yang siap menjaga, melestarikan dan meneruskan kejayaan seni pertunjukan Bali. Keistimewaan lainnya, mayoritas pendukung drama ini memiliki kemampuan mupuh (matembang pupuh – red) yang baik,’’ katanya.
Ia menambahkan, penata musik dipercayakan kepada Dewa Ngakan Putu Kubera Tankober, tata rias dan busana Ni Made Suprapti, S.ST. (DN Salon) dan set properti Wiweka Dekorasi Pejeng, Tampaksiring.
Dewa Bondres menambahkan, episode perdana Drama Keraton ‘’Jayaprana’’ akan dibuka dengan kisah I Nyoman Jayaprana muda yang menjadi abdi kesayangan Raja Kalianget. Budi bahasanya yang santun dan perilakunya yang terpuji serta kemampuan matembang pupuhnya yang istimewa membuat Jayaprana mendapat tempat istimewa di hati Raja Kalianget dan permaisurinya.
Mengingat usia Jayaprana sudah saatnya untuk berumah-tangga, Sang Raja mempersilakan Jayaprana untuk mencari kekasih hati yang siap menjadi pendamping hidupnya. Sang Raja juga berjanji siap melamarnya untuk mendampingi Jayaprana dan akan membuatkan sebuah rumah mewah untuk mereka berdua.
Singkat cerita, pilihan Jayaprana jatuh kepada Ni Nyoman Layonsari, putri Bendesa Banjar Sekar yang cantik jelita. Perhatian istimewa Sang Raja kepada Jayaprana ini ditanggapi sinis oleh Patih Saunggaling. Rasa iri, benci dan dengki terhadap Jayaprana makin membuncah di hatinya.
Bagaimana kisah selangkapnya Drama Keraton ‘’Jayaprana’’ episode perdana ini, silakan saksikan di Bali TV pukul 20.00 Wita, Jumat (11/9) besok! (Sumatika/balipost)