I Made Adnyana (2 dari kanan) menyerahkan buku "Kene Keto Musik Pop Bali" kepada penyanyi senior Yan Bero (kiri) dan Yong Sagita. (BP.win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Musik pop Bali sudah mulai muncul dan berkembang sejak tahun 60-an, walau masih sederhana dan terbatas. Hingga lagu-lagu pop berbahasa Bali mulai direkam dalam bentuk Pita kaset dan disebarluaskan di pertengahan 70-an.

Album “Kusir Dokar” band Putra Dewata menjadi tonggak awal industri musik pop Bali. Walaupun hingga saat ini masih muncul silang pendapat apa itu musik pop Bali dan mana yang bisa disebut musik pop Bali.

Ada banyak cerita menarik dari perjalanan panjang musik pop Bali. Sejak eranya “Kusir Dokar” hingga “Sopir Kapal” nyanyian Bayu KW di “Kanggoang Malu”. Dan kini buaian lagu romantis akustik ala Harmonia.

Baca juga:  Gempa Kuat Guncang Bali, Warga Berhamburan

Ragam cerita tersebut dituangkan dalam buku “Kéné Kéto Musik Pop Bali” yang ditulis I Made Adnyana. Buku ini diluncurkan di Kebon Vintage Cars, Denpasar, Rabu (9/9).

Sejumlah penyanyi/musisi Bali senior dan pendatang baru, serta pemerhati musik pun hadir. Diantaranya, Yong Sagita, Made Bawa “Lolot Band”, Ayu Saraswati, D’Go Vaspa, dan lainnya. Buku ini membahas bagaimana perjalanan panjang musik pop Bali hingga komentar sejumlah perintis musik pop Bali.

Baca juga:  Atasi Persoalan Pertanian, Produsen dan Pasar Dipertemukan

Menurut Adnyana, semula buku yang diterbitkan melalui Mahima Institute Indonesia ini disusun sebagai bentuk dedikasi atas penghargaan Bali Jani Nugraha 2019 yang diterimanya untuk kategori pengabdi kritik musik dan film. Di luar dugaan, buku yang awalnya dicetak terbatas pada Juli lalu ini mendapat respons bagus dan banyak permintaan.

Akhirnya dicetak kedua kalinya untuk diedarkan secara luas. “Buku ini menarik, karena jarang ada yang memberi perhatian secara intens dan menulis tentang musik pop Bali. Kalau musik tradisional Bali banyak yang memperhatikan dan menulisnya, tapi kalau buku khusus tentang musik pop Bali belum ada sebelumnya. Pak Adnyana ini mahluk langka, karena penulis musik pop Bali itu langka,” komentar Gde Aryantha Soethama, seniman sekaligus sastrawan yang banyak menulis novel dan buku tentang sosial masyarakat Bali. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Letusan Freatik Berpotensi Terjadi Lagi
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *