BANGLI, BALIPOST.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengajak desa adat agar betul-betul menjalankan adat istiadat di Bali. Jangan berikan ruang sedikitpun bagi hal-hal yang berpotensi merusak tatanan kehidupan masyarakat Bali.
Hal itu disampaikan Gubernur Koster saat mengadakan simakrama dengan bendesa di Bangli, bertempat di wantilan Banjar Adat Kawan, Kamis (10/9). Koster mengatakan, adat istiadat, tradisi dan kearifan lokal yang sudah diwariskan leluhur di Bali sangat luar biasa.
Karenanya jalankan itu dengan baik dengan penuh tanggung jawab sebagai generasi penerus. Jangan biarkan budaya dan tradisi luar masuk dan merusak tatanan kehidupan masyarakat di Bali. “Jangan diberikan sampradaya itu hidup di wilayah desa adat di Bali. Maka saya sangat mendukung keputusan MDA provinsi dan intruksi MDA provinsi mengenai sikapnya terhadap sampradaya termasuk juga yang lainnya. Jadi agar betul-betul menjalankan adat istiadat di Bali. De milu ane tawah-tawah keto,” tegas Koster.
Pada kesempatan itu, Koster juga mengajak agar bangga dengan busana adat Bali. Menurutnya tidak ada daerah lainnya yang punya busana adat seperti yang dimiliki Bali. “Busana kita ini gagah. Tidak ada daerah lain yang punya busana seperti kita. De milu ane tawah-tawah. Ne anggon,” kata Koster sambil menunjukan busana adat Bali yang dikenakannya.
Koster mengatakan bahwa dirinya telah menerbitkan Pergub penggunaan busana adat Bali setiap hari kamis. Peraturan yang diterbitkannya itu spiritnya menjaga budaya berbusana, di sisi lain juga berdampak pada tergeraknya ekonomi masyarakat.
Dengan adanya kewajiban memakai busana adat Bali, perajin dan pedagang busana adat Bali kini menjadi lebih hidup. “Pakai busana yang dibuat dan dijual perajin local kita. Saya minta pak Bupati dan Pak wakil hidupkan perajin di Bangli. Apa yang khas Bangli itu dihidupkan sehingga orang Bangli menggunakan busana khas Bangli,” kata Koster. (Dayu Swasrina/balipost)