JAKARTA, BALIPOST.com – Di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi seiring belum meredanya wabah COVID-19 di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan target opitimis. Ia mengatakan pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2021 yang semula ditargetkan berada di level antara 4,5 persen hingga 5,5 persen kini menjadi 5 persen.
Berbicara dalam rapat kerja bersama Banggar DPR RI, Jumat (11/9) dikutip dari Kantor Berita Antara, Sri Mulyani menuturkan perubahan target pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan keputusan tepat yang menggambarkan harapan dan kehati-hatian terhadap kondisi ketidakpastian pada 2021. “Saya rasa ini adalah keputusan yang tepat. Sehingga kita untuk tetap waspada namun tidak kehilangan fokus untuk terus optimis di dalam mengatasi masalah,” katanya.
Sementara itu, Sri Mulyani menyebutkan inflasi untuk tahun depan ditetapkan 3 persen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditargetkan Rp 14.600 sesuai dengan RAPBN 2021 yang telah disampaikan Presiden Joko Widodo. Tak hanya itu, tingkat bunga SBN 10 tahun juga tetap 7,29 persen, harga minyak mentah Indonesia tetap 45 dolar AS, lifting minyak tetap 705 ribu barel per hari, serta lifting gas masih sama seperti dalam RAPBN 2021 yang disampaikan Presiden Joko Widodo yaitu 1.007 ribu barel setara minyak per hari.
“Yang berubah adalah cost recovery yang menurun dari 8,5 miliar dolar AS menjadi 8 miliar dolar AS. Jadi turun 500 juta dolar AS,” ujarnya.
Kemudian untuk indikator pembangunan yaitu tingkat pengangguran pada 2021 ditargetkan dalam rentang 7,7 persen hingga 9,1 persen dan tingkat kemiskinan antara 9,2 persen hingga 9,7 persen.
“Gini ratio indeksnya dari 0,377 hingga 0,379 dan IPM 72,78 hingga 72,95,” ujarnya.
Selanjutnya, Nilai Tukar Petani (NTP) untuk tahun depan ditargetkan 102 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar 104.
“Ini adalah yang menjadi basis asumsi kita untuk menghitung dari APBN 2021 dan sekaligus juga ada beberapa target pembangunan,” katanya. (kmb/balipost)