DENPASAR, BALIPOST.com – Bea Cukai Ngurah Rai kini tengah mengejar predikat Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) dari KemenPAN-RB. Sejumlah perbaikan pun dilakukan secara berkesinambungan sebagai bentuk komitmen membangun Zona Integritas.
Utamanya sejak 2018 lalu, pasca sukses meraih predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Kemudian, meraih predikat Sangat Baik atas hasil Evaluasi Unit Pelayanan Publik di tahun 2019.
“Kami telah mencanangkan diri yaitu setelah menerima predikat WBK tersebut, untuk melanjutkan pembangunan Zona Integritas menuju WBBM,” ujar Kepala Seksi Kepatuhan Internal Bea Cukai Ngurah Rai, Syaiful Subkhi Soleh dalam Dialog Interaktif di Bali TV, Jumat (11/9).
Syaiful mengharapkan dukungan dari masyarakat untuk menjadi pengawas dalam perjuangan menjaga integritas ini. Yakni dengan membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memberikan laporan baik melalui whistleblowing system, dan penyaluran aplikasi melalui media yang terjangkau seperti loket pelayanan ataupun grup WhatsApp.
Sejalan dengan itu, pihaknya memastikan keenam bidang dalam pembangunan Zona Integritas menuju WBBM dikelola dengan baik melalui pembentukan tim kerja dan sub tim dibawahnya. Adapun keenam bidang meliputi manajemen perubahan, penataan tata laksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
“Seluruh pegawai Bea Cukai Ngurah Rai telah diikat dengan Kontrak Kinerja yang dimonitor dan dievaluasi capaiannya setiap bulan,” imbuhnya.
Syaiful mengaku sangat bersyukur karena pengguna jasa rupanya sangat mendukung kinerja Bea Cukai Ngurah Rai. Hal itu tampak dari Survei Kepuasan Pengguna Jasa di tahun 2018 dan 2019 yang keduanya meraih nilai di atas target.
Selain itu, juga dilakukan Survei Kepuasan Masyarakat dengan menggunakan standar sebagaimana diatur oleh Kemenpan RB. Hasilnya di tahun 2019 dan 2020, mendapatkan kualitas mutu A. Disisi lain, Bea Cukai Ngurah Rai telah tersertifikasi ISO 9001:2015 yang berarti sudah terstandarisasi Manajemen Mutunya.
“Jadi, proses peninjauan, evaluasi, dan perbaikan atas mutu layanan merupakan kegiatan yang bersifat pasti sehingga kualitas layanan kami dapat terjaga,” tandasnya.
Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi, Teddy Triatmojo mengatakan tugas Bea Cukai terbilang kompleks lantaran melakukan pelayanan dan pengawasan secara sekaligus. Antaralain terhadap barang penumpang, barang kiriman, impor dan ekspor umum, serta toko bebas bea dan gudang berikat. Di satu sisi melindungi masyarakat atas keluar-masuknya barang yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi.
Di sisi lain, juga mengumpulkan penerimaan negara dari bidang kepabeanan dan cukai meliputi bea masuk, bea keluar, cukai, PPN, PPh Pasal 22, dan PPnBM. Oleh karena itu, pihaknya bertekad untuk memberikan pelayanan yang lebih prima kepada masyarakat khususnya pengguna jasa.
“Aspek pembangunan Zona Integritas menuju WBBM diperkuat di tatanan internal, namun tidak mengesampingkan kebutuhan penguatan tatanan eksternalnya,” ujarnya.
Di tatanan internal, lanjut Teddy, telah lahir sejumlah inovasi. Pertama, smart assets yakni sebuah sistem pengelolaan gedung yang mengintegrasikan pengaturan penggunaan listrik dalam kendali gawai sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik di kantor hingga di atas 20%. Kedua, SAMURAI atau Sistem Aplikasi Mandiri Bea Cukai Ngurah Rai, sebagai solusi modernisasi kantor dengan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berbagai kegiatan kantor menuju e-office.
Ketiga, ADHE RAI atau Aplikasi Daftar Hadir Elektronik Bea Cukai Ngurah Rai, sebagai media bagi pegawai untuk melakukan absensi secara elektronik dengan memanfaatkan fitur geotagging. Keempat, AMBURAGA, sebagai salah satu aplikasi yang dimanfaatkan Bea Cukai Ngurah Rai untuk berbagi file dalam komputer tanpa pergerakan pegawai.
Sedangkan untuk tatanan eksternal, ada inovasi E-CD atau Electronic Customs Declaration, yaitu aplikasi penyerahan Customs Declaration berbasis web pertama di Indonesia, yang mampu meningkatkan layanan dengan memberikan kemudahan bagi penumpang yang masuk ke Indonesia melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Ini penting dan krusial karena wajah Indonesia pertama kali nampak dari petugas bandara, salah satunya Bea Cukai. Penumpang internasional yang sudah lelah di perjalanan, harus mengisi form, menurut kami itu kurang efisien. E-CD ini menawarkan kecepatan dan modernisasi penyerahan dokumen Customs Declaration,” paparnya.
Kemudian, lanjut Teddy, ada inovasi LUNAR atau Aplikasi Gangguan Bea Cukai Ngurah Rai. Inovasi untuk membuat aplikasi ini muncul sebagai respon atas karakter ekspor melalui Bea Cukai Ngurah Rai yang peka waktu. Bea Cukai Ngurah Rai juga mengubah pola pendekatan dengan pengguna jasa.
Akses komunikasi dan informasi dengan pengguna jasa dibuka seluas-luasnya melalui inovasi di bidang penyuluhan dan layanan informasi, seperti KLInIK (Kemudahan Layanan Informasi dan Izin Kebeacukaian), Kelas Kepabeanan, One on One Meeting, dan Nawala Bea Cukai Ngurah Rai.
“Perubahan pola pendekatan Bea Cukai Ngurah Rai sebenarnya berangkat dari image Bea Cukai, kalo dulu Bea Cukai seolah tertutup dan asing. Kami ingin lebih dekat, ada untuk para pengguna jasa kami saat memerlukan informasi ketentuan, prosedur, utamanya di masa sulit pandemi ini,” terangnya. (Adv/balipost)