DENPASAR, BALIPOST.com – Mulai Umanis Galungan, Kamis (17/9) hingga dua pekan ke depan, Desa Adat Kesiman memiliki banyak agenda upacara dengan melibatkan massa. Mulai dari upacara Pangebekan, Pemagpag Pangerebongan hingga puncaknya saat prosesi Ngarebong.
Pada Kamis, di Pura Petilan Kesiman yang sering disebut Pura Pangerebongan dilaksanakan upacara Pangebekan. Namun kali ini, upacara dilaksanakan secara ngubeng.
Pura Pengerebongan sejak pagi hingga malam hari dijaga ketat aparat kepolisian dari Babin Kamtibmas Polsek Dentim bersama pecalang. Sebelum pandemi COVID-19, biasanya Pangebekan melibatkan puluhan ribu umat di Kesiman yang terdiri dari 34 banjar adat di Kelurahan Kesiman, Desa Kesiman Petilan dan Desa Kesiman Kertalangu.
Umat ngiring dan mundut sesuhunan ke Pura Petilan yang disebut prosesi ngalungang bhatara. Biasanya prosesi ini berlangsung semarak karena ratusan pratima dan sesuhunan pura prasanak, manca dan pangerob diiringi ribuan krama serta gong baleganjur hadir di pura ini.
Namun suasana itu tak lagi disaksikan hari ini, sebab upacara dilakukan ngubeng atau tidak ngalungang ida bhatara kabeh. Upacara hanya didahului dengan ngaturang guru piduka dihadiri pemangku pemuncuk dan prajuru desa adat secara terbatas.
Ada juga krama yang melakukan persembahyangan secara mandiri.
Guna mencegah terjadinya kerumunan krama, Babinkamtibmas Polsek Dentim, Wayan Sadia bersama anggotanya dibantu lima pecalang desa sejak pagi menjaga pura ini agar protokol kesehatan upacara ini berjalan sesuai aturan. Ia bersama pecalang mencegah terjadinya kerumunan sekaligus mengedukasi masyarakat agar disiplin menjaga jarak dan memakai masker.
Wakil Bendesa Adat Kesiman, Drs. I Wayan Sukana, M.Si., membenarkan sesuai surat edaran Desa Adat Kesiman No.245/05-Up/I/2020, 14 September, yang merupakan hasil paruman semua komponen desa dan pemangku, bahwa mulai dari Galungan, Pangebekan, Pamagpag Pangerebongan hingga Ngerebong dilakukan secara ngubeng. Tak ada prosesi ngalungang bhatara, umat cukup ngayat bhakti dari merajan masing-masing.
Selain itu juga diputuskan upacara Panca Yandya yang bersifat ngewangun alias direncanakan seperti mlpaspas, ngenteg linggih, ngaben massal, mamukur, maligia, Rsi Yadnya, dan lainnya agar ditunda. Untuk pangabenan jika meninggal karena COVID-19 langsung dikremasi.
Sedangkan yang lain cukup makingsan di geni melibatkan peserta terbatas. Upacara Manusa Yadnya juga diatur tanpa ada undangan dan resepsi. (Sueca/balipost)