Beberapa pecalang memantau Pantai Sindu, Sanur. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Meningkatnya intensitas kasus COVID-19 di Bali membuat kalangan pariwisata, termasuk pelaku usaha taman rekreasi, menghadapi dilema. Sebab, dengan meningkatnya kasus COVID-19 sebulan terakhir, dikeluarkan surat edaran Gubernur Bali terkait pembatasan aktivitas masyarakat.

Dikonfirmasi Kamis (17/9), Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Bali Inda Trimafo Yudha menilai, walaupun kegiatan pariwisata dipertahankan, orang sudah mulai merasakan kekhawatiran berwisata. Ia berharap pemerintah dalam memutuskan sesuatu agar tidak panik, karena kepanikan akan menghasilkan keputusan yang spontan.

Bali, menurutnya, bisa belajar dari negara lain yang sudah lebih dulu mengalami, seperti China. Dikatakannya, China mengarahkan warganya untuk optimis, protokol kesehatan benar-benar ditegakkan. “Jika ekonomi ini terpuruk kita akan menghadapi masyarakat yang marah, tidak hanya masyarakat yang sakit,” ujarnya.

Baca juga:  Hendak Nyeberang, Malah Mendapat Aksi Pelecehan Seksual

Ia menilai awalnya sudah cukup bagus saat komit untuk menggarap pasar domestik dan lokal Bali. “Tetapi kenyataannya sekarang, dengan melonjaknya kasus, jadi sudah mulai masuk kabupaten/kota dan turunannya baik kecamatan desa banjar harus mengetatkan kembali protokol kesehatan,” sebutnya.

Jika wacana penutupan Bali harus dilakukan, ia meminta agar dipilah-pilah tempat wisata yang akan ditutup. Terutama pantai diharapkan tidak ditutup, karena kepercayaan orang Hindu, semua kekotoran (leteh) bisa dibuang di pantai. Di pantai juga bisa berolahraga dengan jumlah orang yang bisa ditampung banyak mengingat pantai luas.

Baca juga:  Strategis, Peran PKK Sukseskan Program Pemerintah

Inda Trimafo mengakui, para pelaku usaha yang tergabung dalam PUTRI menghadapi dilema. Saat pembukaan pariwisata untuk wisdom di awal, anggota PUTRI telah membuat promo dan strategi untuk menarik minat wisatawan. Namun di sisi lain, pihaknya tidak bisa menutup mata dengan merebaknya wabah ini yang tidak didukung dengan fasilitas kesehatan dan SDM.

Pemerintah, menurutnya, juga dilematis. Tetapi pemerintah perlu menimbang mana kerugian yang lebih besar dialami masyarakat, mana yang bisa diakomodir. “Apabila nanti terdapat keputusan untuk menutup kembali tempat wisata, saya meminta agar pantai tidak ditutup, dibatasi ya. Beberapa restoran yang masih bisa mendapatkan customer-nya dipantau ketat penerapan protokol kesehatannya. Karena itu juga merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat yang bekerja di dalamnya,” tegasnya. (Citta Maya/balipost)

Baca juga:  Ny. Putri Suastini Koster Sosialisasikan 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *