SEMARAPURA, BALIPOST.com – Tingginya risiko penularan COVID-19, membuat pemerintah daerah, baik eksekutif maupun legislatif kembali harus memikirkan solusi terbaik untuk masyarakat. Khususnya, ketika sudah tertular, kendalanya adalah saat dirawat di Ruang Isolasi RS, pasien harus menunggu cukup lama, untuk mengetahui hasil swabnya.
Melihat persoalan itu, anggota DPRD Klungkung dari Komisi III, mengusulkan agar Dinas Kesehatan mampu menyediakan alat uji hasil swab sendiri atau dikenal dengan Real-Time Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Anggota Komisi III DPRD Klungkung Komang Suantara, Jumat (18/9) mengatakan saat rapat kerja dengan Dinas Kesehatan baru-baru ini, pihaknya mengusulkan pengadaan alat itu, tujuannya agar hasilnya swab bisa lebih cepat keluar.
Bahkan, gratis untuk masyarakat. Menurutnya, ini sesuai prinsip kedaruratan dalam penanganan kesehatan masyarakat. “Karantina wilayah dan daerah sangat penting didukung lab dan alat uji hasil swab berbasis PCR. Kita butuh ini, agar semuanya berjalan lebih cepat,” katanya.
Selain itu, dengan keberadaan alat uji hasil swab milik sendiri, juga ke depan bisa membantu daerah lain dalam mempercepat keluar hasil tanpa menunggu lama seperti sebelumnya, karena kapasitas lab provinsi yang terbatas. Sebab, harus melayani seluruh kabupaten/kota se-Bali.
Ia mengaku sangat yakin, baik tempat maupun kemampuan SDM di Klungkung sangat mendukung. Menurutnya, eksekutif jangan menunda-nunda lagi karena masalah anggaran.
Terlebih, untuk kebutuhan mendesak bagi warga, ini harus segera dilakukan pengadaan sendiri, agar pandemi COVID-19 tertangani cepat dan segera berlalu. “Ini juga sorotan juga buat ruang isolasi, harus update dalam kualitas penanganan, agar masyarakat yang positif, bisa dirawat dengan baik tanpa dirujuk sana-sini lagi. Masalah anggaran bisa direfocusing pada kegiatan lain. Saya yakin bapak bupati peduli dengan masyarakatnya. Maka, persoalan ini harus direspons cepat,” tegasnya.
Dengan keberadaan alat swab PCR sendiri, Klungkung bisa lebih fokus dalam penanganan COVID-19 di daerah sendiri. Sehingga, pandemi yang tertangani dengan baik, maka juga akan mampu mempercepat proses pemulihan ekonomi daerah sendiri.
Tidak terus menerus berkutat pada persoalan penularan saja. “Jangan lagi ada kejadian korban sudah meninggal, baru diswab, tiga hari berikutnya baru keluar hasilnya positif. Terus jenazahnya harus ditarik lagi pihak RSU,” katanya.
Menurutnya, ini malah akan berdampak munculnya klaster penyebaran baru dan akan sulit lagi melakukan tracing dan screening. Biaya akan semakin banyak keluar.
Direktur RSUD Klungkung, dr. Nyoman Kesuma, Jumat (18/9), mengakui keberadaan alat uji hasil swab ini, sangat vital. Ini menurutnya sangat efektif bisa mempercepat keluarnya hasil. Kalau biasanya hasilnya keluar tiga sampai lima hari, maka dengan alat sendiri, hasilnya bisa keluar dalam waktu 1×24 jam.
Ini akan berimbas pada efektivitas ruang isolasi dalam penanganan pasien. Hanya saja harga alat uji hasil swab ini cukup mahal, mencapai sekitar Rp 2,9 miliar. “Satu unit alat RT-PCR dalam sehari bisa digunakan untuk mengetahui hasil swab 500 sampel. Dengan catatan didukung SDM yang cukup,” katanya.
Namun, pihaknya kembali menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah, karena ini tentu kembali pada masalah anggaran. Sejauh ini, pihaknya belum mendengar akan ada pengadaan alat RT-PCR sendiri.
Tetapi, kalau ini dapat direalisasikan, tidak hanya Klungkung yang tertangani lebih cepat, daerah lain di sekitarnya juga dapat dibantu penanganannya agar lebih cepat mengetahui hasil swabnya. (Bagiarta/balipost)