SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 membuat pariwisata sulit untuk pulih dengan cepat. Ini terlihat di kawasan pariwisata seperti di Lembongan, Nusa Penida.
Namun, yang menarik, di tengah pariwisata yang sulit bangkit, justru budidaya rumput laut yang sekarang berkembang pesat. Bahkan, areal tanam budidaya rumput berkembang luas di sekitar Lembongan.
Bendesa Lembongan Made Sukadana, baru-baru ini, menyampaikan kalau perkembangan budidaya rumput telah menjadi keajaiban bagi warga setempat. Menurutnya, rumput laut saat ini sedang booming, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak tahun 1983 sampai tahun 2016, menurutnya tidak pernah sebooming ini. Lahan untuk budidaya berkembang pesat, menjadi cukup luas.
“Karena dari sebelah barat jembatan dulunya tidak pernah ada areal tanam rumput laut, karena memang tidak bisa hidup. Tetapi semua areal hingga ke barat jembatan itu, sekarang sudah menjadi areal tanam. Bahkan hidupnya bagus,” kata Sukadana.
Perkembangan budidaya pada areal tanam baru, dikatakan hasilnya juga cukup bagus. Ini jarang terjadi dalam proses pengembangan dalam budidaya rumput laut, yang sering terancam hama dan cuaca. Tetapi, di tengah pandemi ini, itu justru terjadi dan cukup membantu warga setempat. Dia menegaskan, kalau kepercayaan warga setempat, setiap ada karya di Pura Dalem Lembongan dan Pura Sakenan, budidaya rumput laut meningkat tajam. Demikian pula harga pasti relatif stabil.
“Tetapi, itu sebuah kepercayaan, karena realitanya sekarang rumput laut berkembang cukup bagus di Lembongan,” tegasnya.
Saat pandemi ini, kemudian dikatakan sempat ada karya di Pura Sakenan. Malah hampir sampai ke sekitar Pura Sakenan, dikatakan arealnya menjadi cukup bagus untuk budidaya. Ini belum pernah terjadi dalam budidaya rumput laut seperti sekarang, dimana areal tanam cukup banyak dan luas. Bahkan tumbuhnya rata-rata juga bagus. Dia berharap ini bisa bertahan lama, dan bisa menjadi sinergi dengan pariwisata.
Sehingga rumput laut ke depan bisa menjadi kemasan pariwisata budaya, termasuk bagaimana ini menjadi kesempatan baik untuk terus memperkenalkan potensi rumput laut, ketika pariwisata ke depan pulih lagi. Agar menjadi saling menguatkan, bukan justru saling meniadakan. “Kalau wisnunya (wisatawan nusantara) sudah ada. Tetapi situasi Covid-19 di Bali saat ini sedang tinggi-tingginya. Kami hanya berharap Lembongan tetap menjadi wilayah zero Covid-19,” jelas Sukadana.
Sementara untuk harga rumput laut, saat ini dikatakan masih cukup stabil. Harganya berada pada kisaran Rp 12,5 ribu sampai Rp 13 ribu per kg. Pandemi ini juga membuat pihaknya bersama warga setempat tetap belajar, bahwa tidak bisa semata-mata mengandalkan pariwisata. Sebab, pariwisata begitu rentan dengan kondisi global yang berimbas cepat pada keberlangsungannnya. Dia berharap ini bisa terus berkembang dan sementara mampu menopang ekonomi warga di tengah kesulitan bertahan hidup karena pandemi. (Bagiarta/Balipost)