DENPASAR, BALIPOST.com – Saat pandemi COVID-19 kebutuhan darah di Bali 120 kantong darah tiap hari dan hanya terpenuhi 60-80 persen. Oleh karena itu Kodam IX/Udayana berupaya memenuhi kebutuhan tersebut dengan menggelar donor darah.
Begitu juga dalam rangka memperingati HUT ke-75 TNI, Kodam menggelar donor darah di 100 Kantor PMI wilayah Bali, NTB dan NTT, Selasa (22/9). Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Kurnia Dewantara saat membuka acara tersebut mengatakan, donor darah ini terselenggara bekerja sama dengan PMI Kota Denpasar.
Kegiatan ini merupakan bagian dari sinergi untuk negeri sehingga bermanfaat bagi orang banyak dan memupuk persaudaraan antara TNI dengan masyarakat. Selain itu untuk meningkatkan rasa kepedulian sosial kepada semua komponen bangsa untuk berbagi serta membantu sesama.
“Apa lagi seperti saat ini kita masih dihadapkan dengan COVID-19, dimana pasien yang terpapar virus ini membutuhkan banyak darah segar,” ujarnya.
Menurut Pangdam, donor darah memiliki manfaat yang sangat positif bagi kesehatan tubuh manusia. Oleh karena itu kita harus menumbuhkan kesadaran dan motivasi yang tinggi untuk melaksanakan donor darah secara rutin dan berkala, baik bersifat perorangan maupun kolektif di lingkungan masing-masing.
Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Provinsi Bali, dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, M.Kes., menyampaikan pada kondisi COVID-19 kebutuhan darah di Bali setiap hari membutuhkan minimal 120 kantong darah. Kondisi terburuk kebutuhan akan darah dialami pada April dan Mei, dimana permintaan darah dari rumah sakit hanya bisa memenuhi sebanyak 60 persen.
Kemudian dibuka new normal mulai bergerak dan baru bisa memenuhi sebanyak 80 persen. Terkait dengan terapi plasma konvalesen, menurut Patra, Pangdam sudah menginisiasi untuk memulai di Bali.
Sampai hari ini PMI sudah menyeleksi 72 calon pendonor dan baru mampu diambil sebanyak 43 kantong. Padahal potensi di Bali sebenarnya sangat besar.
“Hari ini kami mendapatkan data nama dari karantina di Bapelkes yang di Tangtu yaitu sebanyak 400 daftar nama calon pendonor. Namun kendala yang dihadapi adalah mendatangkan calon pendonor karena ada yang masih berpikiran baru sembuh. Secara teori dan fakta di lapangan tidak berpengaruh terhadap daya tahan tubuh pendonor karena yang diambil adalah hanya plasmanya saja,” ujarnya. (Kerta Negara/balipost)