Oleh Ngurah Weda Sahadewa
Pelaksanaan pilkada memperoleh tantangan yang tidak ringan karena tiga faktor penting terkait didalamnya yaitu ekonomi, politik, dan kesehatan. Ketika pilkada ditunda kapan akan dilaksanakan artinya sampai kapan ini ditunda? Ketika dilaksanakan sesuai jadwal sekarang, yaitu 9 Desember 2020 bagaimana dengan risiko korban meningkat akibat COVID-19.
Keseriusan terjadi manakala tidak mampu untuk memadukan ketiga hal tersebut sebagai satu kesatuan yang utuh sehingga memunculkan berbagai keraguan terkait dengan pilkada.
Ketika masyarakat mulai bertanya-tanya apakah pilkada akan berlangsung ataukah tidak sebagai pertanda bahwa kemungkinan untuk ke depan dipertanyakan oleh sebagian masyarakat saat ini. Itu artinya bahwa masyarakat kemungkinan besar masih ragu dengan situasi dan kondisi saat ini akan tetapi masih berharap adanya kepastian.
Ketika pilkada ditunda itu berarti bahwa kepastian pelaksanaannya pun dinanti. Ketika dilaksanakan sesuai jadwal maka kepastian atas jaminan kesehatan pun menjadi keinginan pula.
Oleh karena itu penting untuk menyimak lebih jauh kenyataan antara ekonomi, politik, dan kesehatan dalam konteks pilkada kali ini. Ketika politik dikedepankan maka orang diamankan oleh perasaan adanya pemimpin yang pasti tidak hanya sekedar PLT, bahkan ada elemen partai politik yang menyebutkan bahwa berlangsung pilkada ini akan memberikan kepastian kepemimpinan termasuk kemungkinan kebijakan terkait dengan penanganan pandemi COVID-19.
Ketika kepastian politik diperoleh maka itu pertanda adanya kontestasi yang melibatkan berbagai sektor perekonomian, dengan kata lain ekonomi dianggap berputar kembali sekalipun tidak seperti semula. Namun, pertaruhan akan kesehatan menjadi pertanyaan penting bahkan seringkali dimunculkan sebagai pertaruhan keselamatan dan kesehatan masyarakat luas.
Oleh karenanya tidaklah mudah untuk mengambil keputusan terlebih di daerah menunjukkan adanya suatu gairah tersendiri dalam rangka mensukseskan kontestasi politik karena juga membawa angin segar bagi perputaran ekonomi yang tidak sedikit ini.
Persaingan antara ekonomi, politik, dan kesehatan dalam konteks pilkada mengemuka namun tampaknya akan menjadi redup jika pilihan dan keputusan tidak memberikan angin segar bagi ketiganya sekaligus. Itu berarti bahwa kemungkinan besar harus ada dikorbankan sekalipun sifatnya sementara akan tetapi pertaruhannya adalah kepastian itu sendiri.
Kepastian terkait kapan dilaksanakan jika ditunda dan kepastian terkait jaminan kesehatan bagi masyarakat jika tetap dilaksanakan sesuai jadwal semula.
Pada saatnya yang paling tepat keputusan mesti diambil. Akan tetapi keputusan tersebut mesti terkait secara langsung dan tidak langsung dengan dampaknya. Oleh karena itu pula tidaklah penting untuk menjadikan adanya kambing hitam dalam konteks pilkada ini melainkan menjadikan pilkada ini sebagai bentuk pendewasaan bagi segenap kalangan dalam menerima dan memutuskan segala sesuatunya dengan pertimbangan bahwa ekonomi, politik, dan kesehatan sebagai bentuk pertanyaan pentingnya.
Ketika ini sudah mencuat maka jawabannya pasti satu saja. Ketika jawaban itu sudah diputuskan maka semua pihak harus siap menerimanya sebagai bentuk konsekuensi logis yang tak terhindarkan lagi.
Pada saat ini penting dilihat kembali bagaimana mengkalkulasi secara ekonomi, politik, dan kesehatan serta bagaimana pula dapat menjadi suatu keputusan penting terkait dengan ketiga aspek tersebut. Untuk mengetahui keputusan penting apa yang sekiranya dapat dijadikan sebagai pertimbangan maka keputusan tersebut seyogyanya didasarkan pertama, kepentingan rakyat bukan semata-mata kepentingan untuk meraih kekuasaan belaka apalagi terkait langsung dengan pilkada ini.
Kedua, perasaan nyaman dan aman dari bahaya COVID-19 tidak lagi sebagai pertimbangan tapi sebuah keharusan namun disertai dengan pertimbangan lain yaitu keutamaan menyelesaikan persoalan yang utama bagi keselamatan rakyat.
Staf Pengajar Fakultas Filsafat UGM