NEGARA, BALIPOST.com – Dalam kurun tiga hari terakhir, dua pasien yang berstatus probable meninggal dunia. Mereka menjalani perawatan di ruang isolasi RSU Negara.
Kedua pasien ini memiliki gejala mengarah COVID-19. Untuk penanganan pemulasaran jenazah dilakukan dengan standar penanganan jenazah COVID-19. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jembrana, dr I Gusti Agung Arisantha, Rabu (30/9) merinci riwayat dua pasien yang meninggal.
Pada Senin (28/9), pasien asal Dauhwaru yang meninggal. Sementara pada Selasa (29/9) malam, pasien asal Loloan Timur berstatus probable menghembuskan nafas terakhirnya.
Meskipun untuk hasil Swab pasien asal Kelurahan Dauhwaru sudah terkonfirmasi positif. “Memang hasil swab positif, namun karena meninggal sebelum hasil swab keluar maka terdata probable,” ujar Arisantha.
Untuk tindak lanjut, pasien asal Dauhwaru yang meninggal ini, GTPP melakukan contact tracing terutama untuk warga yang sempat kontak erat terhadap pasien perempuan umur 69 tahun itu. “Untuk penanganan jenasah mengikuti protokol COVID-19, kita masih melakukan tracing kontak,” tandasnya.
Sedangkan satu pasien yang meninggal, Selasa (29/9) malam, asal Loloan Timur, dipastikan swab negatif COVID-19. Tetapi masuk status probable karena ada gejala sesak nafas dan sudah dimakamkan.
Sementara itu, data harian per Rabu (30/9) ada pemulangan dua pasien yang dirawat di RSU Negara. Selain pasien sembuh di RSU Negara, juga ada empat orang menjalani isolasi mandiri juga sembuh.
Di hari yang sama, GTPP juga mengkonfirmasi adanya penambahan tujuh orang terkonfirmasi positif COVID-19. Sehingga secara kumulatif sudah ada 302 orang terkonfirmasi positif di Jembrana.
Sedangkan jumlah pasien yang sembuh 323 orang dan meninggal enam orang. Dengan masih tingginya angka penularan COVID-19 di Jembrana, GTPP mengimbau masyarakat meningkatkan kedisiplinan menjalakan protokol kesehatan COVID-19. Baik itu mengenakan masker saat diluar, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan. (Surya Dharma/balipost)