Dr. Ir. Gede Wijana, M.S. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masalah pertanian kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka dari itu, wacana memajukan pertanian memang tidak mudah sebab berbicara pertanian dari hulu ke hilir, dari produksi sampai pemasaran.

“Memang benar gerakan itu dan strategis,’’ ujar Kaprodi S-2 Lahan Kering dan Magister Agroteknologi Universitas Udayana Dr. Ir. Gede Wijana, M.S., Senin (28/9) saat wawancara dalam program Bali Post Talk.

Menurutnya, pertanian Bali dan Indonesia sudah maju dan berkembang. Hanya ia menyayangkan kiblat pertanian untuk pariwisata.

Baca juga:  Ngamen di Jalanan, Lima Anak Bergaya Punk Diamankan Satpol PP

Karena standar pariwisata dan standar pertanian berbeda. ‘’Jadi antara pertanian dan pariwisata diimbangkan, jangan standar pariwisata dijadikan standar pertanian karena pertanian itu tidak instan. Pertanian itu lebih susah dari profesi lain, tidak gampang pertanian itu,’’ ujarnya.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, masyarakat beralih ke pertanian. Namun menggeluti pertanian harus memahami panca usaha tani, yaitu harus mengerti bibit dan benih, media tanam, pupuk, hama dan penyakit, kapan membutuhkan air, pemberian zat pengatur tumbuh, dan pemasaran. Pemasaran merupakan bagian dari hilir maka dari itu harus ada pemahaman pertanian dari hulu ke hilir.

Baca juga:  Diskotek dan “Beach Club” Juga Diusulkan Moratorium

Selama ini petani tradisional hanya sebagai produsen, bukan sebagai pemasar. ‘’Makanya pemerintah mulai menggencarkan anak muda untuk bergerak di hilir pertanian, mereka adalah chanel perubahan pemasaran,’’ imbuhnya.

Kementerian Pertanian memiliki gerakan Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP). Karena petani selama ini identik dengan petani tua, makanya pemerintah memikirkan untuk menyiapkan regenerasi.

Generasi muda apalagi sarjana pertanian yang sudah mengetahui proses di hulu akan lebih mudah memahami penggunaan teknologi untuk produksi dan pemasaran. “Jika ini ditangkap oleh pemda dan perguruan tinggi lain untuk mengintensifkan regenerasi petani, maka mereka akan bangkit. Pemerintah memberikan dana dan perguruan tinggi melakukan pembinaan,’’ bebernya.

Baca juga:  Bertransformasi dari Pariwisata ke Pertanian, Bali Perlu Optimalisasi "Supply Chain"

Bali juga memiliki potensi pertanian yang besar meskipun luas lahan Bali tidak bertambah. Namun dengan adanya teknologi akan meningkatkan produktivitas dan kemakmuran bagi petani dan masyarakat. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *