DENPASAR, BALIPOST.com – Gojek, ternyata memiliki kontribusi signifikan bagi perekonomian Kota Denpasar. Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) kontribusi mitra Gojek pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar di tahun 2019 mencapai Rp 6,7 triliun.
Dalam rilisnya, LD FEB UI mengungkapkan mitra Gojek menggerakkan 12 persen PDRB Kota Denpasar. Jika dihitung menggunakan metode nilai tambah ke perekonomian Denpasar, Gojek berkontribusi Rp 5,8 triliun di tahun 2019.
Dalam riset yang dilakukan lembaga tersebut juga menemukan bahwa omzet UMKM yang bergabung dalam GoFood di tahun 2019 meningkat 23 persen, omzet social sellers GoSend meningkat 16 persen, dan omzet UMKM GoPay meningkat 18 persen sejak bergabung dengan Gojek. Sedangkan, 80 persen UMKM GoFood juga mengalami peningkatan volume transaksi dan 99 persen dari mereka mendapatkan pelanggan baru.
Wakil Kepala Lembaga Demografi FEB UI, Dr. Paksi C.K Walandouw, memaparkan, riset ini menunjukkan bahwa ekonomi digital, seperti Gojek, di masa normal sebelum pandemi mempunyai potensi besar untuk membantu menggerakkan ekonomi daerah, seperti Denpasar. Yakni melalui peningkatan omzet UMKM GoFood, UMKM GoPay, dan social sellers GoSend.
Di masa pemulihan ekonomi saat pandemi, peran ekonomi digital akan semakin penting untuk menjadi mitra
pertumbuhan para UMKM. Gojek juga mempercepat digitalisasi UMKM dan inklusi keuangan, seperti ditunjukkan oleh data bahwa GoFood, juga mengantarkan UMKM untuk pertama kalinya mempunyai bisnis digital (87%) dan menggunakan pembayaran non-tunai (51%).
Sedangkan, sejak bergabung dengan Gojek, 57 persen mitra GoRide dan 71 persen GoCar rutin menabung. Tidak hanya berdampak terhadap UMKM di dalam ekosistem Gojek, UMKM di luar ekosistem Gojek, seperti penyedia bahan baku di pasar dan bengkel kendaraan juga mendapatkan manfaat dari kehadiran Gojek di Kota Denpasar, dengan mengalami peningkatan omzet sebesar 6 persen.
Paksi menambahkan, keberadaan Gojek di Denpasar juga menimbulkan efek domino di sektor lainnya. Dampak multiplier, atau kontribusi tidak langsung keberadaan Gojek pada PDRB Denpasar tahun 2019 mencapai Rp 739 miliar.
Ini dihitung dari pendapatan UMKM di luar ekosistem Gojek (seperti bengkel yang digunakan mitra pengemudi, atau pedagang pasar yang menjual bahan baku ke mitra GoFood) setelah Gojek beroperasi di Denpasar.
Selain meneliti dampak Ekosistem Gojek terhadap perekonomian di Kota Denpasar di tahun 2019, riset ini juga menunjukkan bahwa 86 persen mitra driver GoRide dan GoCar di Kota Denpasar menerima setidaknya satu jenis bantuan sosial dari Gojek selama masa pandemi COVID-19.
Mayoritas dari mitra driver yang menerima bantuan (83 persen) mengapresiasi bantuan dari Gojek.
Dr. Alfindra Primaldhi, Peneliti LD FEB UI menambahkan walau 76 persen mitra driver merasa khawatir dengan adanya COVID-19, hampir setengah mitra driver 49 persen menunjukkan bahwa mereka tetap peduli dengan memberikan bantuan sosial kepada keluarga, masyarakat yang membutuhkan, lembaga keagamaan, dan kepada sesama mitra Gojek.
Selain itu, mayoritas mitra driver tetap optimis bahwa dengan meneruskan kemitraan dengan Gojek penghasilan mereka akan kembali seperti sebelum pandemi (71 persen), dan mereka akan tetap bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya (77 persen). Hubungan yang baik dengan Gojek juga tercermin dengan 89 persen mitra driver yang menyatakan akan seterusnya melanjutkan kemitraan dengan Gojek.
Di tingkat nasional, di tahun riset 2019 menunjukkan sebelum pandemi, mitra Gojek dari lima layanan (GoFood, GoPay, GoSend, GoCar dan GoRide) berkontribusi sebesar Rp 104,6 triliun pada ekonomi Indonesia. Bila menggunakan metode perhitungan pendapatan domestik bruto (PDB), nilai produksi di ekosistem digital Gojek selama tahun 2019 setara dengan 1 persen PDB nasional Indonesia.
Riset LD FEB UI ini dilakukan di beberapa wilayah Indonesia dengan menggunakan metode kuantitatif melalui wawancara tatap muka untuk melihat kontribusi Gojek di tahun 2019. (kmb/balipost)