Didik Supriyanto. (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pilkada serentak 2020 pada 9 Desember akan berbeda dengan pilkada sebelumnya. Kondisi ini terjadi karena di tengah pandemi COVID-19, ada tantangan berbeda yang harus dihadapi.

Menurut anggota Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), Didik Supriyanto, Selasa (6/10), akan sangat sulit untuk melihat kondisi TPS yang cair, riuh dan semarak seperti yang terjadi dalam pesta demokrasi yang dilaksanakan sebelum pandemi Covid-19. Pilkada 2020 memiliki tantangan yang sangat berbeda karena harus mengutamakan aspek kesehatan, selain juga aspek-aspek demokrasi.

Didik berharap setidaknya para penyelenggara disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Ia mengutarakan di Indonesia, dalam proses demokrasi, suasana TPS sangat damai, penuh dengan toleransi, masyarakat berbaur dan bercanda satu sama lain. Belum lagi dengan sorak sorai saat penghitungan suara di TPS. Kondisi ini tidak terjadi di luar negeri.

Baca juga:  Diminta, Awal 2018 Penertiban Penggunaan Mobdin Diterapkan

Proses demokrasi seperti ini ternyata sangat menarik dan diimpikan oleh banyak negara. Hal tersebut adalah suasana Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat pencoblosan berlangsung dimana atmosfer demokratis sangat kental. “Suasana TPS di Indonesia merupakan suatu hal yang diimpikan oleh banyak orang luar negeri,” katanya.

Dari pengamatan sejak tahun 2004 silam, tidak pernah sekalipun melihat terjadi konflik di lingkungan TPS. Dirinya membandingkan kondisi TPS di Tanah Air dengan TPS yang terdapat di negara-negara demokrasi. Bahkan, dalam negara yang paling demokratis pun, katanya, kondisi TPS-nya tidak semeriah yang terjadi di Indonesia.

Baca juga:  Warga RSUP Sanglah Siap Nyoblos

Di banyak negara, memang terjadi antrian panjang di TPS saat hari pencoblosan. Namun setelah menggunakan hak pilihnya, orang-orang tersebut lebih memilih untuk pulang ketimbang berdiam diri di TPS.

Sedangkan lanjut dia, TPS di Indonesia sangat transparan. Karena memang suara dari pemilih langsung dihitung dan ditonton oleh masyarakat.

Hal ini juga ditambah dengan desain penghitungan yang tidak memberi ruang terjadi kecurangan atau manipulasi suara di TPS lantaran semua partai politik mengirimkan saksi di setiap TPS. Yang lebih membanggakan adalah tidak ada konflik yang terjadi di antara sesama perwakilan partai politik di TPS. Ia pun berharap TPS di Indonesia bisa terus mempertahankan situasi ini dalam pelaksanaan pilkada-pilkada atau pemilu-pemilu berikutnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

Baca juga:  Diduga Ada Penggelembungan Suara, Dua TPS di Bangli Direkomendasikan Penghitungan Ulang
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *