Warga memandikan ternak sapinya. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sektor pariwisata sebagai penopang ekonomi Bali makin terpuruk akibat dampak dari pandemi Covid-19. Lumpuhnya pariwisata Bali turut menyeret lapangan usaha lain dan komponen pengeluaran, sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi Bali triwulan II 2020 yaitu -10,98 persen (yoy).

Agar ekonomi Bali tidak berlarut-larut terpuruk, Bank Indonesia dan Ditjen Perbendaharan Bali mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor yang minim terdampak Covid-19. Ada tiga sektor yang dinilai minim terdampak, yaitu perikanan, peternakan dan pertanian.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk pemulihan kondisi perekonomian Bali saat ini yang utama adalah mengoptimalkan pengendalian Covid-19 dan kebijakan terkait. Hal ini tidak lepas dari struktur perekonomian Bali yang sangat bergantung pada sektor pariwisata yang notabene merupakan sektor paling terdampak Covid-19.

Baca juga:  Jika Anak Mengalami KIPI Setelah Vaksinasi, Ini yang Harus Dilakukan

Pulihnya demand dan confidence to travel perlu didukung oleh pengendalian Covid-19. Di samping itu, kemampuan Bali untuk berinovasi merespons perubahan tren tourism pascapandemi Covid-19 juga menjadi variabel yang memengaruhi. “Disiplin terhadap protokol kesehatan, menggunakan masker, mencuci tangan lebih sering, menjaga jarak dan menghindari kerumunan adalah kunci dari pemulihan perekonomian adalah terkendalinya Covid-19,” ujar Trisno Nugroho, Selasa (6/10).

Namun terlepas dari pengendalian Covid-19, katanya, untuk mempercepat pemulihan perekonomian Bali, upaya yang bisa dilakukan yaitu mendorong sektor potensial Bali yang minim terdampak Covid-19. Di antaranya sektor perikanan, peternakan dan pertanian.

Selain itu yang bisa dioptimalkan adalah akselerasi dukungan fiskal terhadap perekonomian, akselerasi intermediasi perbankan pada sektor produktif dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian, dan mendorong perkembangan digitalisasi UMKM, yaitu melalui transformasi digital.

Baca juga:  Wabah Hepatitis A Landa Jatim, Bali Masih Aman

Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bali Tri Budhianto berharap pemerintah daerah mulai melihat kembali potensi yang ada selain pariwisata. ‘’Agar kita punya back-up, cadangan, pendukung, kalau pariwisatanya belum jalan, masih ada sektor lain yang bisa mendukung perekonomian kita,’’ ujarnya.

Menurut Tri Budhianto, cukup banyak sektor lain yang bisa mendukung perekonomian Bali, di antaranya pertanian dan perikanan. Apalagi, dulu pertanian Bali cukup terkenal.

Bali juga dikelilingi laut, sehingga potensi perikanan dan hasil laut cukup besar. “Ini mulai digerakkan lagi sektor pertanian ini, bagaimana mendorong pertanian ini untuk mendukung pariwisata yang belum pulih. Pada prinsipnya, Bali harus melakukan diversifikasi pendapatan,” katanya.

Baca juga:  Ini Langkah Tekan Lonjakan Kasus COVID-19 di Bali, Salah Satunya Peniadaan Isolasi Mandiri

Tri Budhianto meyakini, Bali masih memiliki potensi untuk membangkitkan ekonominya. Jika dilihat struktur pendapatan asli daerah (PAD) dari pemerintah daerah, biasanya proporsi penyumbang PAD-nya tetap. Misalnya Kabupaten Badung yang selama ini kontribusi terbesarnya dari pajak seperti pajak hotel restoran (PHR), selama 3-5 tahun pendapatan utamanya dari pajak dan porsinya cukup besar.

Sementara penyumbang pendapatan lainnya tidak bergerak. Tidak bergeraknya sumber pendapatan lain ini dinilai karena tidak dikembangkan atau mungkin belum diketahui potensinya. Mengingat sumber pendapatan pemerintah daerah terdiri dari pajak, retribusi, dan pengelolaan kekayaan negara. “Jika dari tahun ke tahun, sumber lain-lain PAD yang sah meningkat, berarti ada pengembangan. Tapi kalau tetap sama, mungkin sudah nyaman pada satu sumber pendapatan yang besar,” ujarnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *