DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 turut berdampak pada realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) di Bali. Dibandingkan tahun 2018 dan 2019, realisasi investasi di tahun 2020 bisa dikatakan terjun bebas.
Dari target Rp 42,36 triliun yang ditetapkan BKPM-RI untuk Bali, hingga Juni 2020 baru terealisasi sebesar Rp 4,32 triliun atau 10,20 persen. Kecil kemungkinan untuk bisa mencapai target itu sampai akhir tahun. ‘’Pada triwulan I terealisasi sebesar Rp 2,97 triliun dan pada triwulan II terealisasi Rp 1,35 triliun,’’ ujar Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Bali Dewa Putu Mantera, Rabu (7/10).
Menurut Mantera, sebetulnya ada banyak peminat yang ingin berinvestasi di Bali. Namun, mereka masih menunggu situasi kembali pulih dan kondusif pascapandemi Covid-19. Selama pandemi, mobilitas para investor menjadi terkendala untuk melakukan investasi.
Untuk PMA, misalnya, peminat dari luar negeri masih belum diperkenankan oleh negaranya untuk bepergian ke luar negeri, sehingga terjadi penundaan dalam pembahasan. Itu sebabnya, realisasi investasi khususnya di triwulan II 2020 mengalami penurunan.
Padahal, realisasi PMDN/PMA di Bali tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 13,74 persen dibandingkan tahun 2018. Kendati memang, target yang ditetapkan BKPM-RI di tahun 2019 jauh lebih rendah yakni sebesar Rp 14,87 triliun, bila dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp 19,03 triliun dan tahun 2020 sebesar Rp 42,36 triliun. ‘’Tapi kita tetap melakukan upaya seperti promosi. Peminat juga sudah banyak, sayangnya masih menunggu situasi dan kondisi pulih,’’ jelasnya.
Kondisi ini, lanjut Mantera, juga terjadi di seluruh daerah di Indonesia. Termasuk di tingkat pusat, realisasi investasi di triwulan II juga mengalami penurunan. Walaupun ada perkembangan signifikan untuk berinvestasi secara nasional.
Berdasarkan data, investasi nasional terealisasi Rp 402,6 triliun (Rp 210,7 triliun pada triwulan I dan Rp 191,9 triliun pada triwulan II) dari target Rp 886 triliun atau 45,44 persen. Bali khususnya mendapat perhatian dari pusat untuk memulihkan kembali sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian. ‘’Kan itu bagian juga dari peningkatan investasi di bidang kepariwisataan untuk memulihkan perekonomian Bali. Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah,’’ jelasnya.
Mantera berharap dukungan dari masyarakat untuk memulihkan kembali iklim investasi di Bali. Yakni dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan menaati imbauan pemerintah. Sebab, hal ini berdampak besar terhadap upaya penanganan pandemi Covid-19.
Kalau masyarakat tidak taat dan disiplin, tentu penyebaran virus akan semakin meluas. Imbasnya, perekonomian Bali termasuk investasi tidak bisa cepat kembali pulih. ‘’Oleh karena itu, kita berharap masyarakat berpartisipasi dengan menaati protokol kesehatan,’’ tegasnya. (Rindra Devita/balipost)