Pelajar SMP saat mengikuti kegiatan menulis aksara Bali, dengan memperhatikan prokes, jaga jarak. (BP/Gik)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 banyak menunda kegiatan penting untuk perberdayaan masyarakat. Tetapi, Museum Semarajaya Klungkung punya cara berbeda, agar upaya pelestarian budaya dan tradisi tetap berjalan. Para pelajar SMP di Klungkung diajak melakukan kegiatan belajar bersama menulis aksara Bali di atas daun lontar dan melukis wayang kamasan, Kamis (8/10). Dua kegiatan tersebut telah menjadi salah satu mata pelajaran di sekolah.

Kegiatan ini belakangan menjadi kian jarang terlihat, karena selama pandemi dilarang berkerumun. Namun, pelaksanaan kegiatan ini dijamin menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Para siswa sangat antusias mengikutinya. Dengan didampingi ahlinya dari Penyuluh Bahasa Bali, belasan pelajar yang diambil dari sejumlah sekolah menengah pertama di Klungkung, para siswa sangat merindukan kegiatan seperti ini, ditengah kegiatan yang selalu dibatasi secara ketat, karena dikhawatirkan menimbulkan klaster baru.

Baca juga:  Puluhan Baliho Kedaluwarsa di Denpasar Ini Ditertibkan

Para pelajar ini menyegarkan kembali memori mereka akan pelajaran menulis aksara yang biasa diterimanya di sekolah, walaupun jumlahnya sangat terbatas, sesuai dengan aturan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19. Kepada Dinas Kebudayaan Klungkung Ida Bagus Jumpung Gede Oka Wedhana, mengatakan acara belajar bersama ini untuk mengajak anak-anak tetap peka akan budaya dan tradisi adiluhung yang sempat lama ditinggalkan selama belajar dirumah sejak bulan Maret lalu.

“Peserta hanya dipilih dari sejumlah sekolah lantaran tempat dan jumlah yang dibatasi. Mereka menulis aksara tentang sejarah dari Museum Semarajaya yang memuat mengenai kehidupan masyarakat Klungkung dari masa prasejarah hingga jaman kerajaan terdahulu. Mereka juga melukis wayang kamasan,” katanya.

Baca juga:  Separuh Kredit di BPR Terdampak Pandemi

Salah satu pelajar yang ikut menulis aksara Bali, Kadek Desi Merta Pratiwi, mengatakan dengan menggunakan pengerupak untuk menulis di atas daun lontar ini, dia mengaku diawal agak kaku. Namun setelah melakukan berkali-kali dia terlihat mulai terampil. “Selama pandemi, baru pertama kali dapat belajar langsung seperti ini,” terang pelajar dari SMPN 1 Sawan, Kelas IX ini.

Ragam kegiatan atraksi budaya ini digelar dari 8-12 Oktober di Museum Semarajaya dengan total anggaran Rp 600 juta. Masyarakat tak perlu menyaksikannya langsung ke lokasi. Namun, cukup mengakses live streaming pada Channel YouTube Museum Semarajaya. Sehingga dapat mencegah warga berkerumun yang rentan menjadi sarana penularan.

Baca juga:  Jelang Hari Raya Keagamaan, Inflasi Cenderung Stabil dan Stok Tercukupi

I.B Jumpung menambahkan, jenis kegiatan yang diadakan dalam atraksi budaya tersebut, antara lain Pameran Keris, Belajar Bersama di Museum, Lomba Melukis Wayang Kamasan, Lomba Pakaian Adat ke Pura, Lomba Kendang Tunggal dan Lomba Bapang Barong. Khusus untuk pameran Keris, Lomba Lukis Wayang Kamasan, Lomba Pakaian Adat ke Pura dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi Video Conference. (Bagiarta/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *