Ketua Satgas COVID-19, Doni Monardo dan Gubernur Bali, Wayan Koster saat rapat koordinasi di Jayasabha, Jumat (9/10). (BP/rin)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ternyata dalam memutus penyebaran COVID-19, tak cukup hanya taat protokol kesehatan. Yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.

Menurut Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Doni Monardo, Jumat (9/10), sejumlah hal wajib lainnya yang perlu dilakukan guna meningkatkan imunitas adalah dengan wajib berolahraga secara teratur, wajib beristirahat secara cukup, wajib tidak boleh panik, dan wajib gembira. “Satu lagi yang paling penting adalah wajib memakan makanan yang bergizi,” ujarnya saat melakukan rapat koordinasi di Jayasabha.

Menurut Doni, meningkatkan imunitas dan memakan makanan yang bergizi menjadi salah satu solusi ditengah pandemi COVID-19 lantaran masyarakat yang sudah patuh dan disiplin menerapkan protokol kesehatan ternyata masih bisa terpapar COVID-19. Kendati, faktor lain yang menyebabkan bisa jadi cara menggunakan masker belum benar.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Harian Nasional Makin Turun

“Karena ada survey yang dilakukan oleh tim Wisma Atlet kepada pasien yang dirawat, 90 persen itu pasien yang disurvey sudah menggunakan masker. Baik masker medis maupun masker non medis. Ternyata kena juga, jadi kita tidak cukup hanya memakai masker,” jelasnya.

Doni Monardo menambahkan, cara menggunakan masker harus betul-betul dipahami oleh seluruh masyarakat. Begitu juga cara untuk memperbaiki masker harus dikenali dengan baik. Terkadang masih ada yang abai ataupun lalai, setelah menyentuh sesuatu tanpa sadar memperbaiki masker.

Padahal bisa saja bagian yang disentuh itu mengandung virus corona. “Kemudian kita lihat banyak klaster di perkantoran, setelah diteliti ternyata semuanya disiplin menggunakan masker. Namun saat diwawancarai, ada waktu mereka melepas masker saat makan. Ketika makan tidak diatur jaraknya dan juga berbicara, akhirnya menulari yang lainnya,” imbuhnya.

Baca juga:  Bertambah Singnifikan, Dua Zona Merah Ini Sumbang Tambahan Korban Jiwa COVID-19 hingga 70 Persen

Demikian juga klaster keluarga, lanjut Doni, mengalami peningkatan. Lewat survei di Wisma Atlet, ada 7 persen pasien tidak pernah keluar rumah. Itu artinya, mereka terpapar COVID-19 dari orang terdekat yang ada di rumah tersebut. Rata-rata adalah anak muda yang mobilitasnya tinggi dan memiliki kegiatan lebih banyak di luar rumah.

“Sekarang kita menghadapi sejumlah kegiatan aksi-aksi masyarakat yang berkumpul termasuk kegiatan demo. Kami ingatkan kepada seluruh pimpinan untuk mengajak masyarakat kita bahwa dalam kondisi pandemi ini tidak ada tempat yang betul-betul aman. Jaga jarak dan pakai masker harus menjadi prioritas kita,” paparnya.

Baca juga:  Tingkat Antibodi Vaksin COVID-19 Berkurang, Korsel Laporkan Rekor Kasus Harian

Kendati demikian, Doni menegaskan tetap ada kesempatan untuk menyalurkan aspirasi. Namun, masalah keselamatan dan keamanan harus diperhatikan. Anak muda tidak boleh egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Usia muda mungkin tidak memiliki komorbid dan bila terpapar COVID-19 kelak bisa sembuh.

“Tetapi yang sangat kita khawatirkan adalah saat pulang ke rumah, kita ketemu dengan orang-orang yang kita sayangi, kita cintai, dan mereka ternyata adalah kelompok rentan, orang tua dan punya komorbid, maka akibatnya sangat fatal,” terangnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *