DENPASAR, BALIPOST.com – Penanganan pencegahan dan penanggulangan COVID-19 di Bali sudah berjalan selama tujuh bulan. Berdasarkan siklus kehidupan pandemi COVID-19, posisi maturity atau puncak pandemi COVID-19 di Bali terjadi pada September sampai pekan pertama Oktober.
Indikator yang digunakan adalah terpapar positif berada di atas rata-rata (>100 orang), meninggal tiap hari masih ada (walaupun cenderung menurun), rata-rata posisi yang sembuh lebih kecil dari terpapar (berada rata-rata <100 orang tiap harinya periode September sampai dengan pekan pertama Oktober.
‘’Pada situasi dan kondisi ini masyarakat Bali harus tetap fokus dan waspada, jangan sampai timbul klaster baru menyebabkan siklus kehidupan COVID-19 pada posisi growth atau tumbuh berkembang lagi di masyarakat. Kalau ini terjadi dibutuhkan waktu lama dan berisiko masyarakat makin tertekan dan putus asa, terutama dampak bagi sektor pariwisata yang mengakibatkan ekonomi Bali akan semakin terpuruk, karena sebagian besar masyarakat hidup di sektor pariwisata dan bisnis pendukung sektor pariwisata,’’ ujar Ketua STIMI Handayani Denpasar Prof. Dr. Ida Bagus Gede Udiyana, S.E., M.Si. Ak., Rabu (14/10) kemarin.
Menurut Udiyana, mencegah pandemi Covid-19 dalam siklus maturity berubah ke growth lagi, maka perlu diimplementasikan strategi kolaborasi dari seluruh komponen masyarakat. Yaitu pemerintah, masyarakat (lembaga adat, sulinggih/tokoh agama, desa pakraman), pelaku usaha, TNI/Polri, serta tenaga kesehatan untuk bersatu padu, terintegrasi, saling mendukung mengedukasi, menyosialisasikan kepada masyarakat dalam upaya mengubah situasi dan kondisi siklus kehidupan maturity mengarah menuju ke posisi decline atau menurun.
‘’Pada posisi maturity inilah masyarakat harus tetap taat dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah secara berkelanjutan terus inovatif dan kreatif mengambil kebijakan untuk sekuat tenaga mencegah dan mengisolasi dari siklus maturity ke growth atau tumbuh lagi klaster penyebaran Covid-19,’’ tegasnya.
Indikator-indikator yang dapat digunakan dalam siklus hidup berada dalam posisi menurun terpapar Covid-19, di antaranya jumlah terpapar positif Covid-19 cenderung menurun semakin rendah tiap harinya, penderita terpapar meninggal dunia sudah nihil atau semakin jarang setiap pekannya, jumlah sembuh lebih besar dari terpapar.
Tidak kalah pentingnya, perhitungan astrologi dan dewasa Bali setelah uncal balung dapat dilihat arah perkembangannya. Apakah menuju arah baik atau semakin buruk. Penemuan vaksin sebagai salah satu faktor dominan menuju posisi decline/menurun juga menjadi indikator penurunan kasus Covid-19. ‘’Apabila lima indikator ini bertanda positif, maka rasa aman, kepercayaan dan pulihnya sektor pariwisata lebih cepat lagi. Itulah diharapkan oleh masyarakat Bali,’’ ujarnya.
Untuk mendukung kelima indikator tersebut, masyarakat diminta proaktif mencegah penyebaran Covid-19 melalui dari perubahan pola hidup hingga cara pandang dalam kehidupan masa Covid-19. ‘’Beberapa perilaku hidup baru, yaitu taat dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan, pola hidup harus lebih hemat, efektif dan efisien. Budaya kumpul dan tanpa arah harus dihindari. Kegiatan pengerahan massa untuk kepentingan politik dengan tegas harus ditiadakan,’’ tegasnya.
Selain itu, tindakan-tindakan kontraproduktif juga harus diminimalkan. Dalam dunia pendidikan, semua jenjang harus disiplin dan taat secara konsisten dan berkelanjutan menerapkan protokol kesehatan untuk melaksanakan proses pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat secara online/daring. ‘’Ditunggu saja setelah rahina uncal balung, mudah-mudahan masyarakat yang terpapar positif Covid-19 terus menurun. Harapan masyarakat perekonomian dapat tumbuh dengan titik picu atau pendorong utama adalah waktu diperbolehkannya wisatawan nusantara dan wisatawan asing dapat berkunjung ke Bali,’’ tegasnya. (Winatha/balipost)