Terjadi kesalahan pada judul dan kutipan tahun Australia menutup keran kunjungan. Berikut berita yang sudah direvisi.
MANGUPURA, BALIPOST.com – Wisatawan Australia yang dalam beberapa tahun belakangan selalu mendominasi jumlah kunjungan ke Bali. Namun, dengan adanya kebijakan pemerintah Australia menutup keran kunjungan hingga akhir 2021, merupakan ancaman bagi pariwisata Bali.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua PHRI Bali yang juga Ketua PHRI Badung, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, Kamis (15/10). Pihaknya menyampaikan keprihatinan terhadap putusan pemerintah Australia yang baru akan membuka border, baik yang datang maupun yang keluar pada akhir tahun 2021. Dengan alasan sampai adanya vaksin maupun obat untuk COVID-19.
Tentu hal ini, menjadi ancaman bagi perkembangan pariwisata Bali. Karana diakuinya, selama ini Bali menjadi destinasi terpavorit bagi wisatawan Australia.
Bahkan, Bali juga menjadi second home bagi warga Australia. Karena lanjut dia, Australia selama ini selalu menduduki posisi nomor satu sebagai penyumbang wisatawan terbesar untuk Bali. “Seperti tahun 2019 lalu, jumlah wisatawan Australia sebanyak 1,27 juta wisatawan, sedangkan Tiongkok jumlahnya sebanyak 1,12 Juta. Tentu ini sangat prihatin sekali, ini bisa menjadi ancaman bagi pariwisata Bali,” ucapnya.
Untuk mengalihkan target kunjungan ke negara lain, saat ini memang diakuinya tidaklah mudah di masa pandemi COVID-19. Di Bali kata dia saat ini ada sebanyak 146 ribu kamar hotel yang harus diisi.
Tentu dengan kondisi seperti sekarang, sangat sulit terisi. Apalagi sejumlah negara masih belum membuka border nya. “Kita sangat mengharapkan wisman itu bisa segera buka. Namun saat ini di beberapa negara masih tutup untuk kunjungan wisatawan,” ujarnya.
Sebagai langkah untuk tetap memperkenalkan pariwisata Bali ke Dunia, pihaknya sudah beberapa kali melakukan virtual promotion dengan beberapa negara. Kegiatan tersebut kata dia bertujuan untuk meng-update informasi terkait kepariwisataan di Bali.
Baik itu persiapan bagaimana nantinya ketika pariwisata dibuka, seperti verifikasi hotel, restaurant termasuk juga penerapan protokol berbasis CHSE. “Dari virtual promotion dengan beberapa negara seperti Australia, India, Jepang, Korea, Eropa termasuk Belanda dan sejumlah negara potensial, hasilnya, sebagian besar mengharap Bali masih menjadi the most favorite tourism destination,” katanya meyakinkan. (Yudi Karnaedi/balipost)
AUSTRALIA SMART..nggak perlu buru2. Sebenarnya BALI nggak perlu buru2 di buka, kecuali warganya sudah di vaccin semua. Sekarang vaccinnya aja masih kurang, bagaimana mo di buka…??? Bisa mampusss lahhh semua…!!!! Apalagi orang2 dari timur tengah..wihhh itu sarang penyakit. Emang mereka banyak duitnya, tapi kalok bawa penyakit buat apa..???🙈🙈