Asisten Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (DKEM BI), Indra Astrayuda. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah pandemi Covid 19, aliran modal masuk ke Indonesia mulai menunjukkan peningkatan. Tapi seiring dikeluarkannya sejumlah kebijakan BI, pemerintah dan otoritas, investor merespons positif. Demikian dikemukakan Asisten Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (DKEM BI), Indra Astrayuda, Kamis (15/10) di Sanur.

Diungkapkannya, pada awal pandemi, aliran modal ke Indonesia mengalami penurunan. Tak hanya di Indonesia, kondisi ini terjadi secara global.

Terjadi penurunan aliran modal ke negara emerging market (negara berkembang) maupun maju. Tapi setelah ekspansi likuiditas, stimulus fiskal maupun stimulus moneter, aliran modal kembali meningkat tapi masih lebih banyak ke negara maju. “Berbeda dengan aliran modal ke negara EM, memang saat ini menunjukkan peningkatan tapi terbatas dibandingkan negara maju,” ungkapnya.

Baca juga:  Penyelesaian Perkara Pengujian UU Tahun 2022 Lebih Cepat

Meski demikian, saat ini dikatakannya aliran modal ke negara EM, khususnya Indonesia tetap ada walaupun kecil dibandingkan ke negara maju. Di Indonesia, ketika awal pandemi Maret 2020, terjadi penurunan aliran modal masuk ke Indonesia. Aliran modal keluar dari pasar keuangan domestik cukup besar.

Pada triwulan II 2020, aliran modal ke Indonesia mendekati USD 15 miliar. “Memang aliran modal ke Indonesia terus menunjukkan peningkatan atau berangsur-angsur kembali ke pasar domestik,” ujarnya.

Baca juga:  Triwulan II 2022, Ekonomi Bali Tumbuh 3,04 Persen

Fluktuasi investasi terjadi dengan cepat. Pada bulan-bulan terakhir, kembali lagi terjadi penyesuaian aliran modal seiring dengan ketidakpastian di pasar keuangan global, eskalasi tensi geopolitik, baik Tiongkok-AS, Tiongkok-India, dan Brexit yang berkelanjutan, serta eskalasi terkait ketidakpastian Pemilu AS.

Ke depan ia melihat aliran modal masuk akan tetap berlanjut karena ada tiga faktor yang mendorong perbaikan investasi masuk, yaitu sektor ketahanan fiskal Indonesia yang kuat, tercermin dari defisit transaksi berjalan rendah seiring dengan kinerja ekspor, tetap terjaganya daya saing akses keuangan domestik, dan secara likuiditas secara global meningkat, dan potensi aliran modal global cukup tinggi ke negara EM, termasuk Indonesia.

Baca juga:  BTN Kucurkan Pendanaan AP I Rp 2 Triliun

Dengan prospek surplus, neraca transaksi berjalan dan surplus neraca finansial, secara keseluruhan neraca pembayaran pada triwulan III 2020 diprakirakan mengalami surplus. Meskipun terdapat aliran keluar investasi portofolio asing (net outflows) sebesar USD 1,24 miliar. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *