DENPASAR, BALIPOST.com – Bali meloloskan enam petinju ke PON Papua 2021. Mereka adalah Krispinus Mariano (kelas layang ringan/46 kg), Kornelis Kwangu Langu (layang/49 kg), Julio Bria (bantam/56 kg), Jekri Riwu (ringan/60 kg), Gregourius Gheda Dende (welter ringan/64 kg), dan Cakti Dwi Putra (menengah/75 kg).
Kenyataannya, keenam petinju ada yang kurang disiplin dalam berlatih dan menjaga kondisi kebugaran, sehingga layak mendapatkan rapor merah. Manajer Tim PON Bali Made Muliawan Arya, di GOR Lila Bhuana, di sela-sela menyaksikan petinju berlatih, Jumat (16/10) menerangkan, dirinya masih peduli membina, mengarahkan dan menegur petinju yang kurang disiplin. “Saya sebagai kakak kalau masih mau menegur, berarti saya ini masih sayang kepada mereka,” ucap pria yang akrab disapa De Gadjah ini.
Dijelaskannya, usai dinasehati petinju sadar dan kembali giat berlatih, hingga nilai rapornya bukan merah lagi. “Kalau saya diam saja dan membiarkan mereka, artinya sudah tidak peduli lagi,” ungkap De Gadjah. Selanjutnya, petinju akan dicoret dari skuad PON dan digantikan pelapisnya. “Jika petinju berlatih keras namun tidak naik ring, itu artinya hukuman berat bagi atlet,” terang dia tanpa menyebut nama atlet.
Konsekuensinya, kata dia, petinju bersangkutan batal merebut tiket PON dan digantikan pelapisnya. “Saya kira petinju pelapis akan menunjukkan segala kemampuannya, sebab mereka juga ingin menunjukkan bahwa dirinya layak tampil di PON,” jelasnya. Apalagi, dalam peraturan tinju PON, atlet yang lolos by class dan petinju yang didepak bisa diganti petinju lain, asalkan masih dalam satu kelas.
Yang membanggakan, menurut De Gadjah, olahraga adu jotos ini di Denpasar makin digandrungi anak muda, baik putra maupun putri, termasuk lokal Bali. Cuma mereka mempunyai aneka motivasi, mulai sekadar ingin bisa bertinju dengan teknik yang benar, menjaga kebugaran tubuh, membela diri, sampai ingin meraih prestasi. “Bagi petinju yang ingin berprestasi, kami mengarahkan untuk dibina secara serius,” ujar Ketua Pengkot Pertina Kota Denpasar ini. Disinggung apakah dirinya bersedia menjabat Ketua Umum Pengprov Pertina Bali, De Gadjah mengemukakan, jika dipercaya jajaran pengurus Pertina Bali, maka dirinya siap saja.
Sementara, pelatih tinju PON Yulianus Leo Bunga mengatakan, selama pandemi covid-19 ini memang ada imbauan pemerintah untuk menghindari kerumunan massa, supaya tidak terbentuk klaster baru. “Terkadang saya tidak bisa melatih, tetapi petinju sudah memahami materi latihannya,” tuturnya. Ia pun memaklumi, kondisi latihan kurang efektif ditambah lapangan umum masih tertutup, serta berita mengerikan tentang bahaya virus corona. “Saya ngeri mendengar kabar jumlah korban covid-19 di Denpasar masih tinggi,” tukasnya.
Disisi lain, petinju Cakti Dwi Putra meraih perak di ajang Pra PON. Ia pun bertekad tampil terbaik di Papua, berikut mempelajari dua pesaing beratnya yakni Agus Firmansyah (Kalbar) dan Michael Muskita (DKI). “Pelatih sering memberikan instruksi dengan mempelajari rekaman video Agus dan Michael. Hasilnya kami mengevaluasi, seraya mencari solusi untuk meredam serangan,” ujar Alumnus Jurusan Tata Hidang Sekolah Pariwisata ini. Cakti sedianya melanjutkan kuliah di Jurusan Kuliner di Australia, tetapi dia lebih memilih fokus menekuni tinju, sebagai persiapan PON. (Daniel Fajry/Balipost)