NEGARA, BALIPOST.com – Aksi penipuan mengatasnamakan Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora) Provinsi Bali menyasar orangtua siswa sekolah menengah negeri di Jembrana. Modus penipuan dilakukan melalui SMS mengenai pemberitahuan dana beasiswa siswa berprestasi sebesar Rp 3.750.000 untuk siswa.
Padahal baik dari sekolah maupun Provinsi tidak ada program tersebut. Anehnya, para siswa ini memperoleh SMS dari nomor pribadi dengan data yang komplit.
Baik nama lengkap siswa serta nomor telepon yang dituju. Ujung-ujungnya ortu siswa atau siswa ini diminta untuk mengirim biaya administrasi antara Rp 350 ribu hingga Rp 900 ribu sebelum dana beasiswa ini cair.
Informasi yang dihimpun Balipost.com, Senin (19/10), sedikitnya sudah ada empat orang tua siswa maupun wali yang tertipu di SMKN 2 Negara dan telah mengirimkan uang administrasi tersebut. Bahkan ada yang membuka nomor rekening Bank baru dan mengirimkan uang administrasi tersebut. Para orang tua wali ini baru mengetahui tertipu ssetelah mereka mendatangi sekolah untuk mengurus administrasi.
Kepala SMK Negeri 2 Negara di Baluk, Adam Iskandar Bunga dikonfirmasi membenarkan adanya aksi penipuan beasiswa berprestasi mengatasnamakan Dinas Dikpora Bali ini menyasar siswanya. “Padahal tidak ada program seperti itu baik dari sekolah maupun dari Dinas Provinsi, kecuali dari pusat untuk siswa itu ada PIP (Program Indonesia Pintar) dan Kartu Sejahtera. Banyak yang datang ke sekolah mengkonfirmasi itu. Sudah ada empat yang terlanjur mengirim administrasi itu,” tandas Adam.
Modusnya penipuan ini diawali dengan pemberitahuan melalui SMS ke nomor siswa bahwa menerima beasiswa berprestasi senilai Rp 3.750.000. Karena disertai dengan nama siswa, banyak yang percaya kemudian menghubungi nomor tersebut.
Ternyata mereka diberitahu dan dijanjikan bahwa uang akan cair esok harinya. Sebelum nantinya ke sekolah untuk melengkapi administrasi (KTP dan lain-lain), orangtua siswa diminta untuk melengkapi nomor rekening dan mengirimkan uang administrasi dengan nilai beragam. “Ada beberapa rekaman percakapan. Orangtua siswa diminta mengirim antara Rp 350 ribu, Rp 750 ribu hingga Rp 900 ribu. Sampai siang ini sudah ada empat siswa kami yang sudah terlanjur mengirim,” tambah Iskandar Bunga.
Mendapati itu, pihaknya langsung mengimbau kepada seluruh siswa untuk tidak menanggapi SMS semacam itu karena dipastikan penipuan. “Kalaupun ada beasiswa dari manapun, pasti akan disampaikan ke pihak sekolah (bendahara). Dan tidak ada biaya administrasi seperti di telepon itu,” tegasnya.
Pihak sekolah juga mengaku heran bagaimana para pelaku penipuan ini bisa memperoleh data terkait siswa mereka. Seperti nama lengkap dan nomor telepon. Tetapi diakui dalam sistem daring ini, hampir sebagian siswa data nama lengkap siswa dan nomor telepon pernah dikirim untuk keperluan pembelajaran. (Surya Dharma/balipost)