DENPASAR, BALIPOST.com – Unjuk rasa yang menolak Omnibus Law dari Aliansi Bali Tidak Diam mendapatkan pengawalan ketat aparat kepolisian, pecalang dan Satpol PP, Kamis (22/10). Demo tersebut dimulai di depan Kampus Unud, Jalan Sudirman, Denpasar sekitar pukul 15.30 WITA.
Awalnya mahasiswa dan perwakilan buruh berkumpul di Gedung Student Center Unud, Jalan Dr. Goris, Denpasar.
Sementara itu, personel Polri dan pecalang standby di sepanjang Jalan Sudirman Selatan. Termasuk kendaraan taktis dan water cannon.
Sesekali Tim Rainmas Polri mengendarai trail. Saat melaksanakan aksi menolak Omnibus Law, berhubung saat ini pandemi COVID-19 polisi terus mengingatkan peserta demo mematuhi protokol kesehatan. Bahkan pasukan Polwan membagikan masker ke peserta unjuk rasa (unras).
Namun perwakilan aliansi lewat pengeras suara meminta para Polwan keluar dari area unjuk rasa. “Mereka kan mau unjuk rasa, ya kita amankan. Kita harapkan unjuk rasanya sesuai ketentuan. Jadi harapannya unjuk rasa dengan benar dan mendidik masyarakat cara menyampaikan pendapat yang baik sesuai ketentuan,” tegas Karo Ops Polda Bali Kombes Pol. Djoko Prihadi.
Menurut Kombes Djoko, semua anggotanya antisipasi dan kekuatan personel sesuai dengan kebutuhan. “Kekuatan kita sesuaikan dengan (jumlah) pengunjuk rasa,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolresta Denpasar Kombes Pol. Jansen Avitus Panjaitan menyampaikan, pihaknya melakukan pengamanan sejauh mereka mengikuti ketentuan dan UU Penyampaian pendapat di muka umum. “Batasannya jelas, mereka kita beri kesempatan menyampaikan aspirasi tentunya ada batas-batas waktunya. Kita imbau terus mereka. Jika menjelang malam, ketentuan sampai jam 6 sore (selesai demo). Mereka harus mengikuti ketentuan itu,” ujarnya.
Menurut Jansen, Kalau memang protes terhadap UU bisa disampaikan tertulis atau ke Mahkamah Konstitusi. “Pecalang ini yang punya daerah sini. Kita menghadapi adik-adik (peserta unras) secara humanis. Pecalang ini kan menjaga ketertiban, kita jaga agar mereka tidak anarkis,” ucap mantan Wadir Reskrimsus Polda Papua Barat ini.
Intinya, pihaknya ingin mengajak mereka agar tertib dan humanis. Mereka harus menjaga Bali.
Terkait diamankan seorang siswa SMK berinisial RM (16) karena membawa poster bertuliskan “Awas Ada Tukang Kawal Jogging“ di tengah-tengah ratusan personil kepolisian mengamankan demo, menurut Jansen, hasil koordinasi dengan Disdikpora, RM dilakukan pembinaan. “Sudah dipulangkan ke ortungtuanya dan Diknas (Disdikpora, red) sudah kita hubungi,” tegasnya.
Sedangkan dalam orasinya, perwakilan Aliansi Bali Tidak Diam menegaskan pihaknya tidak memicu kericuhan. Pihaknya menyampaikan aspirasi menolak Omnibus Law.
Perwakilan buruh, Rai menyampaikan terima kasih ke aparat kepolisian, TNI dan pecalang. “Aliansi Bali Tidak Diam tidak ingin ada kerusuhan. Kita ingin mengedukasi masyarakat Bali,” tegasnya. (Kerta Negara/balipost)