Paket Amerta menyerap aspirasi petani di Munduk Muntig, Desa Adat Intaran, Sanur, Jumat (23/10). (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertanian di Bali tidak pernah maju. Hal ini disebabkan karena keberadaan subak di Bali, terutama di Kota Denpasar kini semakin tergerus. Bukan hanya karena alih fungsi lahan yang semakin tinggi, tetapi karena eksistensinya kian dipepet dan digerus beberapa kepentingan desa adat.

Padahal, pertanian merupakan penunjang majunya pariwisata Bali saat ini. Sebab, pertanian di Bali yang hulunya kebudayaan memiliki nilai jual yang membuat pariwisata Bali laris manis bagi wisatawan. Oleh karena itu, keberadaan Subak harus dijaga dan dirawat.

Inilah salah satu komitmen yang menjadi prioritas program pasangan calon (Paslon) Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra – Made Bagus Kertha Negara (Amerta) untuk mewujudkan Kota Denpasar BERSERI, Smart City, Berbudaya dan Berdaya Saing.

Untuk menyerap aspirasi dan keluhan para petani di wilayah Kota Denpasar, Paket Amerta turun langsung ke Munduk Muntig, Desa Adat Intaran, Sanur, Jumat (23/10). Bersama tim pemenangan dan sejumlah relawan dari partai pengusung, Amerta mendengarkan sejumlah keluhan dari petani, sekaligus mencarikan soluisnya.

Baca juga:  Tingkatkan Rasa Menyama Braya, Amerta Bagi Sembako ke Keluarga Wayan Sudana

“Kendala air irigasi menjadi keluhan petani di Munduk Muntig Desa Adat Intaran. Petani mengharapkan agar air setiap tahun ada, karena beberapa tahun belakangan ini air untuk irigasi dikatakan hanya ada setiap 2 tahun. Masalah inilah yang harus dicarikan solusi,” tandas Ngurah Ambara.

Calon Wali Kota Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra sedang membajak sawah saat turun menyerap aspirasi petani di Munduk Muntig, Desa Adat Intaran, Sanur, Jumat (23/10). (BP/win)

Tidak hanya itu, Ngurah Ambara juga mengajak para petani untuk kembali memanfaatkan kearifan lokal dalam proses pertanian. Mulai dari membajak sawah tidak lagi menggunakan traktor , tetapi memnafaatkan tenaga Sapi.

Selain menjadi daya tarik wisatawan, kotoran sapi juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk pertanian. Di samping juga tidak merusak lahan pertanian. Sehingga, komitemen menjadikan Kota Denpasar Bersemi (Bersih, Aman, Lestari dan Indah) bisa terwujud.

Baca juga:  Paslon Amerta Komit Perkuat UMKM, Perlu Tata Kelola Pemerintahan Berbasis Digitalisasi

Terkait dengan lahan pertanian yang semakin sempit di Kota Denpasar, Amerta mempunyai program agar pembangun tidak lagi dibangun melebar ke samping, namun tinggi ke atas dengan tetap mematuhi aturan tinggi bangunan yang telah ditetapkan pemerintah Provinsi Bali. Menurutnya, semakin luas lahan pertanian di Kota Denpasar, maka memberikan kesempatan lebih kepada para petani untuk menghasilkan produk-produk pertanian untuk kebutuhan hidup orang banyak. Apalagi, petani akan tetap diberikan subsidi bibit dan pupuk agar tetap produktif dalam bertani.

Ketua Tim Pemenangan Paket Amerta Wayan Mariyana Wandira, menegaskan bahwa Paket Amerta berkomitmen untuk menjaga Kota Denpasar yang berbudaya. Diakui, keberadaan Subak yang merupakan warisan budaya dunia, khususnya di Kota Denpasar telah tergerus akibat semakin maraknya pembangunan. Oleh karena itu, keberadaan Subak di Kota Denpasar harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan agar slogan Kota Denpasar berbudaya tidak hilang.

Baca juga:  Paslon Amerta, Perlu Prioritaskan Tunanetra Kota Denpasar

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Denpasar ini, mengatakan bahwa pemerintahan saat ini telah gagal menerapkan aturan RTHK (ruang terbuka hijau kota) di Kota Denpasar. Sebab, masih banyak pembangunan yang melanggar zona hijau, sehingga lahan pertanian semakin sempit. Bahkan, banyak Subak-Subak di Kota Denpasar mati akibat maraknya pembangunan yang todak terkontrol.

“Mudah-mudahan Amerta mendapat amanat dari masyarakat, kita menginginkan pertanian menjadi pusat perekonomian primier. Karena, pada saat situasi pandemi Covid-19 ini hanya pertanian yang bisa eksis menopang perekonomian masyarakat. Bahkan, banyak karyawan hotel, bank yang di PHK beralih menjadi petani. Ini artinya pertanian kita tidak akan pernah mati,”tegasnya.

Selain itu, agar petani tetap bergairah kehadiran pemimpin juga sangat diperlukan. Tidak cukup hanya memberikan sudsidi, namun pemimpin juga harus menyediakan pasar hasil produk pertanian. Sehingga, harga pasar produk pertanian tetap konsisten. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *