I Komang Artha Saputra. (BP/sue)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat dunia pendidikan tidak kehilangan akal dalam menanamkan nilia-nilai pendidikan karakter. Apa yang disarankan semua komponen masyarakat dewasa ini pada intinya adalah kita diajak eling, menghormati dan menaati perintah Catur Guru.

Catur Guru yang dimaksud adalah Guru Rupaka yakni orangtua di rumah, Guru Pengajian adalah guru di sekolah. Guru Wisesa adalah pemerintah dan Guru Swadiaya yakni Tuhan Yang Maha Esa. Ketua PD PGRI Provinsi Bali, I Komang Artha Saputra, S.Pd., M.Pd. mengatakan, kalangan persekolahan di Bali hingga kini belum menjadi klaster Covid-19.

Hal ini patut disyukuri karena siswa dan guru di Bali selama ini disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes), setia belajar dan bekerja di rumah dan mengutamakan keamanan dan kesehatan diri. ‘’Ini yang kita sebut eling sareng Catur Guru,’’ ujar Artha Saputra, Jumat (23/10).

Baca juga:  Pistol yang Dicuri di Sakenan Milik Kapolsek Negara

Menurut Artha Saputra, kunci keberhasilan menghadapi pandemi Covid-19 adalah menaati anjuran Catur Guru. Esensi dari perintah itu adalah menjalankan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dan 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak serta menghindari kerumunan.

Ia berharap siswa dan masyarakat menjalankan perintah Catur Guru. Guru Pengajian di sekolah dan dosen di kampus menyarankan untuk setia dan disiplin belajar daring di rumah. Kurangi aktivitas di luar rumah kecuali ada tugas penting sekolah yang harus segera diselesaikan.

Hindari belajar bersama tanpa masker, termasuk makan bersama di kalangan anak muda karena berpotensi terpapar Covid-19. Para guru juga disarankan jangan terlalu banyak memberi PR kepada siswa agar tak sampai menurunkan imun tubuh siswa dan guru.

Baca juga:  Tak Ada Pilihan Lain Selain Terapkan Prokes

Selama pandemi Covid-19, katanya, PGRI Bali menyarankan siswa mengikuti perintah Guru Rupaka di rumah serta tetap membantu orangtua dalam bingkai pendidikan karakter, tanpa mengorbankan pembelajaran daring. Misalnya menjadi panutan ubah laku bagi anggota keluarga dengan menerapkan 3M.

Sedangkan pendidikan karakter diimplementasikan secara sederhana seperti membantu orangtua membersihkan rumah, mabanten, majejahitan dan lain-lain sekaligus kegiatan ini sebagai refreshing sehabis PBM daring di rumah. Sedangkan orangtua tetap memberi kesempatan anak untuk tidur secukupnya, kesempatan bermain dan makan makanan yang bergizi.

Baca juga:  Tim Gabungan Sidak Jam Operasional Toko Modern dan Pasar Senggol

Di tengah pandemi, kata Artha Saputra, siswa dan guru serta masyarakat diingatkan untuk menjaga Aman, Iman dan Imun. Aman menjaga diri dari virus, menjaga Imun agar tetap sehat fisik dan mental. Untuk menjaga Iman, siswa dan guru mesti eling dengan Guru Swadiaya atau Tuhan.

Caranya, selama pandemi tetap berdoa sebelum dan sesudah belajar dan bekerja. ‘’Jadikan pandemi ini sebagai momentum meningkatkan kreativitas dan inovasi. Yang terpenting lagi, kita eling dengan Guru Wisesa atau pemerintah. Caranya dengan menjalankan anjuran pemerintah. Intinya berperan menjadi contoh panutan ubah laku. Menjalankan prokes Covid-19 dan menjalankan 3M,’’ tegasnya. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *