DENPASAR, BALIPOST.com – Pemprov Bali hingga saat ini masih menunggu datangnya vaksin COVID-19 dari pemerintah pusat. Sesuai informasi dari pusat, vaksin akan tiba sekitar akhir November atau awal Desember mendatang.
Perkiraan datangnya vaksin ini pun masih bisa berubah tergantung situasi. “Kami menunggu saja sifatnya karena semua pengadaan vaksin itu dianggarkan dari pusat,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya ditemui di DPRD Bali, Senin (26/10).
Menurut Suarjaya, pusat juga akan memberikan pedoman terkait vaksinasi. Antaralain mencakup sasaran vaksinasi, berapa kali vaksin diberikan, kapan waktunya, dan siapa yang diprioritaskan. Sementara ini berdasarkan informasi dari pusat, vaksin terlebih dulu akan diprioritaskan untuk kelompok tenaga kesehatan sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19.
Kemudian, tenaga tracing contact dan TNI/Polri yang langsung berhadapan dengan pasien Covid-19 atau memiliki risiko tinggi penularan. “Setelah itu baru yang lain,” imbuhnya.
Suarjaya menambahkan, Bali saat ini masuk dalam 10 Provinsi di Indonesia yang menjadi prioritas pemerintah pusat dalam penanganan Covid-19. Termasuk didalamnya vaksinasi. Sebagai destinasi pariwisata dunia, pihaknya berharap masyarakat Bali sehat dan sektor pariwisata dapat segera kembali dibuka.
Sembari menunggu vaksin datang, Pemprov Bali kini melakukan upaya tracing dan testing secara lebih masif. Tujuannya untuk menjaring semua OTG (orang tanpa gejala) agar bisa diisolasi di tempat karantina/hotel sehingga virus tidak semakin menyebar. Hal ini akan mempercepat proses penanganan Covid-19 di Bali. “Sebelumnya kan kita punya 5 lab, kemampuan awal 1550 (testing, red). Sekarang kan kita nambah lagi 7 mesin PCR, sehingga kemampuan sekarang mendekati 3000 sampel sehari,” jelasnya.
Suarjaya menambahkan, 5 lab yang dimaksud yakni lab RSUP Sanglah, lab RS PTN Unud, lab FK Unwar, lab RSBM, dan labkes Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Berikutnya, akan ada penambahan lab lagi di RSUD Tabanan, RSUD Mangusada Badung, RS Wangaya, dan RSUD Buleleng. Sedangkan dari 7 mesin PCR yang ada sekarang, 4 diantaranya merupakan bantuan dari BNPB. Sedangkan 3 lainnya dibeli oleh Pemprov Bali.
Shift pemeriksaan sampel pun ditambah dari sebelumnya 2 shift menjadi 3 shift untuk mempercepat upaya testing. Kendati, kapasitas testing saat masih 1550 sampel sehari sebetulnya sudah mencukupi standar WHO yakni 1 per 1000 penduduk per minggu. Kalau jumlah penduduk Bali 4,2 juta, maka dalam seminggu idealnya ada 4200 testing atau 600 testing per hari.
“Sebelum ini kita bahkan sudah lebih dari 700 testing per hari. Itu sudah melampaui standar WHO sebenarnya. Tetapi kan kita inginnya agar lebih masif lagi, agar kita bisa mengambil semua OTG itu,” paparnya.
Hasil pemeriksaan swab, lanjut Suarjaya, kini sudah bisa diketahui dalam waktu sehari. Tes swab berkaitan dengan tracing contact saat ini masih diberikan secara gratis karena ada subsidi. Tapi untuk keperluan mandiri, biaya maksimal telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kemenkes sebesar Rp 900 ribu. Biaya ini dikatakan tidak bisa ditekan lagi, lantaran harga reagen yang mahal. Satu kali ekstraksi reagen hanya bisa dipakai untuk 30 pengujian sampel.
“Itu hitungannya untuk 30 itu, (masing-masing, red) costnya Rp 900 ribu. Kalau lab itu minimal periksa 30, dia break event. Kalau dibawah itu (Rp 900 ribu, red), lab pasti rugi,” ungkapnya. (kmb32)