MANGUPURA, BALIPOST.com – Keadaan pariwisata Bali selama pandemi Covid-19 sangat mengkhawatirkan. Hampir delapan bulan diterpa pandemi, banyak masyarakat yang terpuruk ekonominya.
Terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah pariwisata, seperti Legian, Kuta, Seminyak, Kerobokan dan lain sebagainya. Tokoh masyarakat di Legian, I Nyoman Ruta Adhi, menyebutkan keadaan seperti ini sudah membuat perbedaan yang luar biasa.
Bukan hanya situasi yang semakin sepi, tetapi juga aktivitas masyarakat yang mau tidak mau berubah hampir 90 persen. Terlihat jelas, lalu-lalang di pantai sebelum pandemi dan sekarang sangatlah berbeda.
‘’Biasanya banyak masyarakat yang berjualan di pinggir pantai ini untuk menyambung hidupnya. Menyediakan payung besar untuk wisatawan berteduh, menjual makanan dan minuman, ada juga jasa yang menjajakan merchandise khas Bali. Namun sekarang, bisa dilihat sendiri, lapak-lapak dagang tertutup rapat sepanjang pantai hampir delapan bulan lamanya, payung-payung tertutup. Hanya suara desir ombak yang terdengar. Tidak ada ingar-bingar suasana kegiatan yang meramaikan lagi,’’ ujar Ruta saat wawancara khusus Bali Post Talk serangkaian HUT ke-72 Bali Post, Gerakan Satu Juta Krama Bali Mewujudkan Bali Era Baru, belum lama ini.
Berdampingan dengan situasi pandemi seperti ini, tentunya masyarakat tidak bisa hanya diam sembari menunggu keadaan membaik. Alternatif lain pun diambil untuk mencari penghasilan, seperti berjualan kecil-kecilan di sepanjang jalan.
Ia menilai upaya pemerintah selama ini juga patut dihargai, dengan memberikan sembako ataupun uang tunai bagi masyarakat yang terdampak langsung akibat pandemi. Tanpa adanya wisatawan mancanegara yang datang, pariwisata di Badung tidak akan bergerak maksimal seperti sediakala.
Walaupun pemerintah mengarahkan untuk mengubah pola perekonomian dengan beralih ke pertanian, tetap saja tidak terbantu. “Kembali ke pertanian dengan terbatasnya lahan yang ada di sini, tentunya itu kurang efektif. Yang paling mungkin bisa dilakukan adalah berdagang, bukan bertani. Dengan berkurangnya daya beli masyarakat, berdagang pun tidak bisa membantu banyak. Setidaknya masyarakat menunjukkan usahanya untuk bertahan,’” imbuhnya.
Ia berharap pemerintah segera membuka keran wisatawan mancanegara untuk berlibur ke Bali. Tanpa itu, rasanya sulit bagi daerah wisata di Bali untuk bangkit.
“Kalau sampai akhir tahun masih seperti ini keadaannya, rasanya tahun depan tidak ada harapan apa pun. Namun, kami semua di sini tetap berharap agar pariwisata pulih kembali secara perlahan dengan mengikuti segala anjuran pemerintah yang berlaku. Kami memiliki tujuan yang sama dan semoga tercapai harapannya,” tutupnya. (Gita/balipost)