DENPASAR, BALIPOST.com – Tambahan kasus COVID-19 di Bali masih berfluktuatif setiap harinya. Tapi dari tren yang ada selama sepekan terakhir, tambahan kasus sudah ada di bawah 100 orang. Apakah pandemi COVID-19 akan segera berakhir?
Menurut Epidemiolog dari Universitas Udayana, dr. Made Ady Wirawan, MPH, PhD, Jumat (30/10), dari data yang ada sulit untuk melakukan prediksi yang akurat kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. Sebab, prediksi bisa dilakukan jika data test dan tracing memadai.
Selama ini, target test 1 per 1.000 penduduk per minggu berlum terpenuhi. Saat ini masih berkisar di 0,5 – 0,7.
Selain itu, jumlah kontak erat yang berhasil dilacak belum mencapai 80 persen dari dari seluruh kontak. Jika dilihat dari data yang terpublikasi, puncak kasus terakhir adalah minggu awal hingga pertengahan September.
Jumlah kasus harian mencapai 150-160 kasus. Situasi tersebut mulai mereda dalam 3 minggu terakhir dengan rata-rata angka reproduksi efektif (Re) mingguan berkisar 0,90 – 0,92 dalam 2 minggu terakhir.
Jika menggunakan indikator WHO untuk memantau pandemi, yaitu Re lebih kecil dari 1,0, dalam 2 minggu terakhir, salah satu indikator ini sudah terpenuhi. Tapi data Re dianggap akurat jika jumlah tes memadai yaitu 1/1000 penduduk per minggu dan proporsi test positif kurang dari 5 persen. “Sedangkan kita untuk jumlah tes masih berkisar di 0,5-0,7 per 1.000 penduduk per minggu, dan proporsi test positif berkisar 14-17 persen,” bebernya.
Dalam 3 minggu terakhir rata-rata jumlah kasus harian juga masih berkisar 90 kasus per hari. Belum bisa berkurang setidaknya 50 persen dari rata-rata jumlah kasus saat puncak kasus terakhir yaitu 153 kasus per hari.
“Kita di Bali belum menyelesaikan gelombang pertama, tapi berpotensi memperpanjang gelombang ini. Karena tiap ada tren penurunan kasus, kemudian ada libur panjang. Jumlah kasus bertambah lagi dalam 1-2 minggu setelahnya,” ungkapnya.
Yang paling drastis adalah pascalibur hari Kemerdekaan pada 16-22 Agustus. Sebelum liburan, jumlah kasus harian adalah 50 kasus per hari. Setelah 2 minggunya, menjadi 150 kasus per hari.
Untuk mengantisipasinya, ia menyarankan pemerintah harus meningkatkan terus jumlah tes hingga bisa mendekati 1 per 1.000 penduduk per minggu. Juga melakukan tes pada kontak erat setidaknya 80 persen kasus baru harus berasal dari hasil penelusuran kontak dan bisa dikaitkan dengan klaster-klaster yang teridentifikasi. “Upaya isolasi dan karantina saya lihat sudah kembali diperketat seperti di awal-awal pandemi, dan saya kira ini sudah bagus,” imbuhnya.
Pascalibur panjang ini, pemantauan atau surveilans juga mesti dilakukan untuk orang-orang dengan gejala flu dan influenza (influenza like illness). Ini, untuk lebih banyak menjaring kasus, sehingga rantai penularan bisa diputus. (Citta Maya/balipost)