DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi sudah berjalan hampir 8 bulan, namun kasus COVID-19 baru masih saja ditemukan setiap harinya. Kondisi ini membuat pemerintah harus memikirkan strategi baru dalam mengubah laku masyarakat sehingga bisa taat menjalankan protokol kesehatan. Demikian diungkapkan Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNPAD, dr. Dwi Agustian, MPH, Ph.D, dalam talkshow terkait “Masyarakat Abai Protokol Kesehatan, Liburan Jadi Bencana” yang dipantau pada akun YouTube BNPB, Senin (2/11) dari Denpasar.
Menurut Dwi, kalau melihat fenomena dari COVID-19, infeksi berjalan dari orang ke orang dan interaksi yang identik dengan mobilitas populasi. “Perpindahan dari tempat ke tempat, meningkatkan kasus baru. Bahkan dari sejumlah penelitian, setiap kenaikan mobilitas 1 persen populasi meningkatkan angka kasus sebesar 1,5 persen,” ujarnya.
Kondisi ini, dinilainya, sejalan dengan yang terjadi di Indonesia. Episentrum penyebaran COVID-19 di Indonesia adalah Jakarta dan Jawa Barat yang merupakan daerah dengan mobilitas tinggi.
Sejauh ini, terlepas usaha yang sudah dilakukan pemerintah, kenyataannya kasus baru masih bermunculan. Ia menilai sudah saatnya memikirkan strategi baru untuk menangani. “Harus ada keseimbangan antara regulasi dan edukasi. Tidak mungkin sepenuhnya diserahkan pada masyarakat. Salah satunya melihat fenomena di mana kasus-kasus itu terjadi,” sebutnya.
Ia pun menyarankan harus ada kebijakan lebih detil lagi untuk masing-masing kelompok masyarakat sehingga pesan yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan baik. Contoh, berbicara dengan akademisi akan berbeda polanya dengan masyarakat yang berjualan di pasar. “Jika tidak mau lockdown harus ada kebijakan yang beragam. Karena COVID-19 ini yang sangat besar selain faktor biologis adalah faktor determinan sosial,” katanya.
Terkait saran perubahan strategi ini, Anggota Tim Pakar Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku yang juga Kepala Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia, Turo Wongkaren, Ph.D mengatakan sejauh ini sudah ada bermacam pendekatan untuk perubahan perilaku masyarakat. Ada beberapa strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan prokes 3M. “Di luar ini, diharapkan masyarakat melaksanakan yang namanya Iman, Imun, dan Aman,” sebutnya.
Ia pun kembali mengingatkan agar masyarakat taat pada perilaku 3M, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun menggunakan air mengalir. Turo mengatakan bahwa sasaran edukasi terkait perubahan perilaku masyarakat ini ada 5, yaitu individu, keluarga, komunitas, institusi, dan wilayah.
“Kita sudah mencoba mengindetifikasi. Yang kita lakukan adalah siapa yang ngomong itu penting. Setiap provinsi berupaya diidentifikasi, role model mana yang didengar oleh masyarakat,” paparnya. (Diah Dewi/balipost)