Petani di kabupaten Tabanan saat memasuki masa panen belum lama ini. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Masa pandemi Covid-19 yang belum diketahui sampai kapan akan berakhir, membuat sejumlah petani lebih memilih menjual sebagian gabah hasil lahan pertanian mereka. Sementara sebagian lagi disimpan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Padahal, harga gabah saat ini sangat bagus yakni diangka Rp 4.800 per kilogram untuk gabah basah (setelah panen), belum dipotong biaya ‘gedig’.

Seperti disampikan Pekaseh subak Nyitdah 3 kecamatan Kediri, Tabanan, I Made Pedra, hampir seluruh gabah hasil petani di wilayahnya sudah habis terserap (dibeli) di bulan Oktober. Meski demikian, petani tidak mau menjual seluruh hasil pertaniannya lantaran untuk cadangan rumah tangga di masa pandemi saat ini. “Sementara untuk gabah lancar, bersih di petani 4.000 sampai Rp 4.100 perkilogram,”terangnya, Senin (2/10).

Baca juga:  Puluhan Warga Bali Meninggal Akibat COVID-19, Masih Didominasi Tak Berkomorbid

Dimana untuk masa panen tahun ini, dari luas wilayah subak 250 hektar, rata-rata hasil produksi di angka 70 sampai 75 kilogram/are. Meski demikian, ia mengakui serangan hama tikus sempat menghantui hasil produksi para petani, namun bersyukur tidak sampai membuat hasil produksi menurun drastis karena cepat penanganan. “Ada beberapa yang diserang hama tikus tetapi jumlahnya tidak banyak, dan saat ini para petani tengah bersiap untuk masuk masa tanam,” ucapnya.

Hal senada juga disampaikan Pekaseh Selemadeg Timur, Dewa Made Suarta, yang mengaku hampir seluruh gabah hasil pertanian di wilayahnya terserap. Bahkan untuk harga beli gabah setelah panen, dikatakan Dewa Suarta, saat ini cukup bagus. “Tidak ada istilahnya sampai tidak terjual, bahkan ada petani yang menjual semua gabahnya lantaran tidak mau repot. Setelah dijual dapat uang dipakai untuk beli beras, meski ada juga yang menyisakan sebagian untuk sehari-hari,” terangnya.

Baca juga:  Badung Peringkat Pertama Tambahan Kasus COVID-19 di Bali

Dihubungi terpisah Ketua KTNA Tabanan, I Nengah Mawan mengatakan, dari hasil laporan di tingkat kecamatan, secara umum gabah atau hasil panen petani di Tabanan terserap. Bahkan, jika kemungkinan ada petani yang tidak bisa menjual dengan harga yang baik, akan dibantu oleh Bumdes. Misalnya saja di desa Gubug, Tabanan, Bumdes setempat siap membeli gabah di harga Rp 4.700 per kilogram, belum potong biaya gedig. “Jika petani mendapatkan harga beli lebih tinggi dari harga itu, silahkan dijual kesana, dalam hal ini Bumdes bisa menjadi pilihan kedua jika memang gabah tidak terserap dengan baik,” ucapnya.

Baca juga:  2017, Denpasar Zero Kasus Rabies

Sementara itu Kepala Bidang tanaman pangan dan hortikultura, I Wayan Suandra mengatakan memasuki musim hujan di bulan November ini, memang ada sebagian petani yang baru memasuki masa panen hanya saja jumlahnya tidak banyak. Dan terkait kualitas gabah yang dihasilkan tidak akan terpengaruh asalkan tidak rebah. Karena banyak penggilingan sekarang menggunakan dryer untuk proses pengerungan. “Kalaupun ada yang tidak sampai terserap, kami di dinas tentu akan berkoordinasi dengan penggilingan yang ada dan terdekat dengan subak tersebut, supaya dibeli sesuai dengan ketentuan yang ada dan masih di atas HPP, untuk sementara belum ada laporan kondisi masih normal,”pungkasnya. (Puspawati/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *