DENPASAR, BALIPOST.com – UNICEF dan AC Nielsen menggelar survei terkait pelaksanaan protokol kesehatan 3M di masyarakat. Survei ini digelar di 6 kota besar di Indonesia dengan melibatkan ribuan responden.
Dalam dialog “Keterlibatan Masyarakat dalam Respons Pandemi Covid-19” yang disiarkan langsung di kanal YouTube Kemenkominfo TV, dipantau dari Denpasar, Rabu (4/11), dipaparkan hasil dari survei yang digelar sekitar bulan Agustus itu. Menurut Risang Rimbatmaja yang merupakan Konsultan UNICEF terdapat sejumlah pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan masyarakat di tengah pandemi. Termasuk, persepsi masyarakat terkait COVID-19 ini.
Ia mengatakan dalam survei ada 6 kota yang disasar yakni Medan, Makassar, Bandung, Surabaya, DKI Jakarta, dan Semarang. Total responden berjumlah 2.000 orang yang disurvei secara tatap muka.
Dari sejumlah hasil survey, yang menarik adalah perilaku masyarakat dalam menerapkan prokes 3M (menjaga jarak, mencuci tangan dan menggunakan masker). Dalam survei terungkap jika mereka yang melakukan ketiganya secara lengkap (paket) hanya mencapai 31,5 persen. “Kebanyakan yang disurvei belum mempraktikkan ketiganya. Bahkan sekitar 9 responden tidak mempraktikkan satu pun,” jelas Risang.
Ditambahkan Rizky Ika Syafitri, UNICEF Communications Development Specialist, kondisi ini harus disikapi dengan komunikasi yang baik. Mengingat pelaksanaan prokes 3M secara satu paket ini yang penting dalam upaya mempercepat pemutusan rantai penyebaran COVID-19. “Kalau dilihat dari survey, persentase yang melakukan satu prokes saja lebih banyak dibandingkan melakukannya secara satu paket. Padahal pelaksanaan satu paket ini yang penting,” tekannya.
Dari survei juga terungkap bahwa umur 15-17 tahun yang melakukan prokes 3M secara satu paket hanya 20 persen. Ini termasuk kelompok umur yang paling rendah menjalankan prokes 3M secara 1 paket dibandingkan sejumlah kelompok usia lain yang disurvei.
Untuk kelompok umur yang paling tinggi melakukan prokes 3M secara lengkap adalah 50-54 tahun. Jumlah persentasenya mencapai 41,30 persen.
Ditekankan Risang, pentingnya edukasi lebih lanjut untuk pondasi pemahaman terkait COVID-19 agar tidak termakan hoax dan tidak mudah menstigma orang. “Jika dia tahu tentang pengetahuan dasar terkait COVID-19, mereka tidak akan melakukan hal-hal seperti itu,” ujarnya.
Dari aspek medium untuk menyosialisasikan prokes 3M, Rizky mengatakan bisa memanfaatkan TV. Sebab, berdasarkan survei 85 persen responden memilih TV sebagai sumber terpercaya.
Selain itu yang cukup tinggi persentasenya dipilih sebagai sumber terpercaya adalah online news dan tokoh masyarakat. Angkanya masing-masing 22 persen. (Diah Dewi/balipost)